Telaga Menjer Wonosobo: Ketika Kabut, Air, dan Waktu Bersekongkol Menyihir Pengunjung

oleh
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Pagi di Wonosobo tak pernah datang dengan tergesa. Di ketinggian pegunungan, waktu seolah berjalan lebih lambat, memberi ruang bagi kabut untuk berlama-lama menari di udara.

Dingin menggigit perlahan, merayap dari lereng-lereng Dataran Tinggi Dieng, seakan membisikkan satu pesan: siapa pun yang datang ke sini harus siap menanggalkan kesibukan dunia.

banner 719x1003

Di tengah hamparan perkebunan kentang dan tembakau, di antara hutan pinus yang berdiri sunyi, tersembunyi sebuah permata alam yang nyaris tak bersuara namun memikat Telaga Menjer.

Ia hadir bukan dengan gemuruh, melainkan dengan ketenangan yang menundukkan langkah, memaksa setiap pengunjung untuk melambat dan menatap.

Perjalanan menuju Telaga Menjer adalah bagian dari pesonanya. Dari pusat Kota Wonosobo, kendaraan melaju ke arah Garung, menyusuri jalan berkelok yang kian menanjak. Pepohonan semakin rapat, udara semakin dingin, dan hiruk-pikuk kota perlahan menguap.

Hingga akhirnya, di Jalur Wonosobo–Dieng kilometer 12, Desa Maron, Kecamatan Garung, hamparan air luas itu muncul—tenang, dalam, dan memikat.

Dengan luas mencapai 70 hektare, berada di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut, serta kedalaman hingga 50 meter, Telaga Menjer lebih pantas disebut danau.

banner 484x341

Airnya yang berwarna hijau kebiruan terbentang anggun di pelukan perbukitan Gunung Seroja, seolah menjadi cermin raksasa bagi langit dan pegunungan di sekitarnya.

Di tempat ini, suara mesin lenyap. Tak ada klakson, tak ada keramaian. Yang tersisa hanyalah desir angin pegunungan dan sesekali kepakan burung yang melintas rendah. Udara dingin menusuk hingga ke tulang, membuat jaket tebal bukan sekadar pelengkap, melainkan keharusan.

Nama “Menjer” sendiri dipercaya berasal dari bahasa Jawa yang berarti diam, tenang, atau tetap. Sebuah nama yang terasa tepat. Permukaan airnya kerap nyaris tanpa riak, seolah menyimpan kesabaran alam selama ribuan tahun.

Baca Juga :  Solo Safari Mempersembahkan Edukasi Pada Momen Liburan Sekolah 

Ia tidak mengalir deras seperti sungai, tidak bergejolak seperti laut ia memilih untuk tenang. Keajaiban Telaga Menjer juga terletak pada perubahan warnanya. Saat pagi, airnya tampak hijau pucat, terselimuti kabut tipis yang menggantung rendah.

Menjelang siang, warna itu berubah menjadi biru kehijauan jernih, memantulkan langit dengan sempurna. Sore hari, ketika matahari condong ke barat, permukaannya memantulkan cahaya keemasan yang lembut—sebuah penutup hari yang nyaris magis.

Dikelilingi perbukitan hijau yang rapat, Telaga Menjer tampak seperti mangkuk raksasa penjaga kesunyian. Hutan pinus, semak pegunungan, dan kebun warga menjadi pagar alami yang menjaga keteduhannya

 Kabut datang dan pergi tanpa aba-aba, namun justru dalam dekapan kabut itulah telaga ini mencapai puncak pesonanya sunyi, misterius, dan menenangkan.

Telaga Menjer bukan sekadar destinasi wisata. Ia adalah ruang hening, tempat alam berbicara tanpa suara, dan manusia diajak untuk kembali belajar diam. (red/akha)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *