SUARASMR.NEWS – Di tengah denyut budaya Kota Solo, kini hadir sebuah ruang seni baru yang tak sekadar memamerkan karya, tapi juga merayakan harmoni antara tradisi dan inovasi: LARAS Art Space pada Selasa (15/7/2025)
Bertempat di Lifestyle Area Alila Solo Hotel, ruang seni ini resmi dibuka oleh pendirinya, Ninik Dyahningrum dan Edijanto Joesoef, pemilik Alila Solo, sebagai wujud kecintaan terhadap budaya Nusantara.
Dalam acara peresmian yang berlangsung hangat dan penuh makna, tampak hadir Walikota Surakarta, para pegiat seni, akademisi, hingga publik pecinta budaya yang antusias menyambut lahirnya ruang ekspresi baru ini.
“Nila Lokatantra” Batik, Alam, dan Demokrasi Estetika: LARAS Art Space dibuka bersamaan dengan peluncuran pameran perdananya bertajuk “Nila Lokatantra”, sebuah eksplorasi artistik yang mengangkat batik pewarna alami sebagai bentuk seni rupa modern.
Mengambil makna dari kata “nila” (biru dari tanaman Indigofera) dan “lokatantra” (tatanan dunia dalam bahasa Sanskerta), pameran ini menjadi panggilan untuk menakar ulang relasi manusia dengan alam dan tradisi.
Melalui kurasi tangan dingin Asti Soeryo Astuti, para artisan dan seniman batik dari berbagai daerah diundang untuk mempersembahkan karya debut mereka—yang belum pernah ditampilkan di ruang publik manapun.
Ia menegaskan bahwa pendirian Laras lahir dari kegelisahan atas tradisi yang perlahan terpinggirkan, sekaligus harapan agar warisan budaya seperti batik dapat terus hidup dan beradaptasi di tengah arus global.
Nama-nama besar dan berbakat mewarnai pameran ini:
- R.Ay.T. Niniek Partaningrat – Batik Kanjengan, Solo
- Zahir Widadi – Dosen dan seniman batik, Pekalongan
- Toetti T. Soerjanto – Yogyakarta
- Moh. Nanang Qosim – Tuban, Jawa Timur
- Lutfi Koriah Yunani – Cemethik Studio, Klaten
- Moch. Nurcholis Ekoleksono – Jombang
- Arianti Ina Restiani Hunga – Salatiga
- Tri Hartono Winata – SAWARSA, Klaten
- Yulianto – ISI Surakarta
- Sadjiman – Bobung, Gunungkidul
Tak hanya batik, pameran ini juga menghadirkan mural skala besar karya Yulianto, Sn.Mn. dari ISI Surakarta, yang menggambarkan suasana hutan pertapaan Begawan Mintaraga dari Kakawin Arjunawiwaha.
Dengan teknik sungging biru indigo, mural ini menjadi simbol reflektif tentang hutan sebagai sumber warna alami—dan sebagai peringatan atas alam yang kian terpinggirkan.
Ruang Inklusif, Penuh Energi Budaya: LARAS Art Space dibangun sebagai titik temu antara pelestarian dan penciptaan baru, antara artisan dan audiens, antara memori dan masa depan.
Ia hadir sebagai ruang edukatif, inspiratif, dan terbuka bagi siapa pun yang ingin mengenal, memahami, dan mencintai budaya Indonesia dalam konteks yang segar dan relevan.
Surakarta kini tak hanya dikenal sebagai kota budaya, tetapi juga sebagai rumah bagi gerakan seni kontemporer berbasis tradisi. Dan LARAS, adalah salah satu nadinya. (red/chan)