SUARASMR.NEWS – Dunia perfilman Indonesia kembali mencetak gebrakan lewat film “Pelangi di Mars”, sebuah sajian sci-fi keluarga penuh emosi dan imajinasi dari Mahakarya Pictures dan MBK yang menyatukan petualangan antariksa dengan kisah menyentuh antara manusia dan robot.
Disutradarai oleh Upie Guava, film ini menawarkan lebih dari sekadar visual futuristik. Di balik latar Mars tahun 2090, terselip pesan-pesan kemanusiaan yang kuat tentang kesepian, keberanian, dan arti harapan yang tak pernah padam.
“Seorang anak manusia dan para robot yang awalnya tak akur, justru melahirkan harmoni lewat keluguan dan ketulusan,” ujar Upie Guava dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (18/7/2025).
“Pelangi di Mars” mengikuti kisah Pelangi (Messi Gusti), gadis 12 tahun yang menjadi manusia pertama yang lahir dan besar di Mars. Ia tumbuh sendirian setelah sang ibu, Pratiwi (Lutesha), pergi meninggalkan koloni Mars yang kini telah ditinggalkan seluruh manusia.
Namun hidup Pelangi berubah saat ia bertemu dengan sekelompok robot-robot usang dan terlupakan. Dari pertemuan tak terduga inilah dimulai misi pencarian Zeolith Omega, mineral langka yang diyakini dapat memurnikan air dan menjadi harapan terakhir bagi kelangsungan hidup umat manusia di Bumi.
Lewat kolaborasi apik antara visual canggih dan narasi menyentuh, film ini menghadirkan karakter-karakter robot unik yang tak hanya menghibur, tapi juga menantang batas emosi penonton.
Film Pelangi di Mars ini tak hanya Messi Gusti dan Lutesha, film ini juga dibintangi aktor dan artis seperti Rio Dewanto, Livy Renata, dan Myesha Lin Adeeva.
Rio Dewanto menyebut pengalaman syuting film ini sebagai sesuatu yang berbeda, karena mengandalkan Extended Reality (XR) teknologi visual terbaru yang menggantikan latar green screen konvensional.
“XR membuat kami benar-benar bisa merasakan dunia Mars, bukan sekadar membayangkannya. Itu pengalaman yang menyenangkan sekaligus menantang,” ujar Rio. (Red/ria)