SUARASMR.NEWS – Indonesia adalah negeri yang indah dan memiliki ribuan jenis permainan tradisional, seperti dakon, engklek, gobak sodor, lompat tali, dan sebagainya.
Pada masa kita kecil dulu, permainan tersebut tentu sudah tidak asing lagi. Banyak sekali manfaat yang terkandung dalam permainan tradisional tersebut.
Di tengah gempuran teknologi dan dominasi gadget dalam kehidupan anak-anak masa kini, permainan tradisional dakon atau congklak tetap berdiri tegak sebagai simbol kearifan lokal yang tak lekang oleh zaman.
Menurut Cak Mustofa, pendiri Kampung Dolanan Surabaya, dakon bukan hanya permainan mengisi lubang dengan biji, melainkan cerminan hidup yang penuh makna.
“Anak-anak belajar banyak dari dakon, kesabaran, strategi, kerja keras, dan yang paling penting, makna berbagi,” ujar Cak Mustofa dalam bincang santai, Senin (21/7/2025).
Dalam permainan ini kata Cak Mustofa, siapa yang tekun menanam akan menuai hasil. Siapa yang sembrono, akan kehilangan kesempatan.
Filosofi Jawa “yen gelem nandur, mesti bakal panen” (siapa menanam, pasti akan memanen), menjadi jiwa dari setiap putaran biji yang mengisi lubang-lubang kecil itu.
“Permainan ini bukan sekadar mengisi papan, tapi juga mengasah karakter, anak-anak belajar memilih langkah dengan teliti, menghargai giliran, dan tidak serakah mengambil dari milik lawan,” ungkapnya.
Lebih lanjut yang menarik dari permainan ini, bahwa dakon ini mengajarkan nilai spiritual tetap berbuat baik meski diperlakukan buruk oleh orang lain.
Aturan permainan yang melarang mengambil sembarangan dari lubang lawan, mencerminkan ajaran luhur untuk berlaku adil, jujur, dan sportif sebuah pesan yang jarang ditemukan dalam permainan modern.
Melalui Kampung Dolanan Surabaya, Cak Mustofa terus menghidupkan semangat permainan tradisional. Dari dakon, egrang, hingga gobak sodor, semua dikemas sebagai media pendidikan karakter bagi generasi. (red/akha)