SUARASMR.NEWS – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan pentingnya penulisan ulang sejarah nasional Indonesia oleh para sejarawan yang benar-benar ahli dan memiliki kompetensi di bidangnya.
Hal itu disampaikannya Fadli Zon saat membuka Diskusi Publik Draf Penulisan Buku Sejarah Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) pada Jumat (25/7/2025).
“Kita tidak bisa sembarangan menyerahkan penulisan ulang sejarah nasional kepada pihak yang bukan ahli. Sejarah adalah fondasi identitas bangsa,” ujar Fadli tegas di hadapan para akademisi dan sejarawan.
Fadli mengungkapkan bahwa buku sejarah nasional yang sedang disusun bukan bertujuan menampung semua peristiwa sejarah, melainkan merangkum inti-inti penting dalam 10 jilid buku utama.
“Kalau ditulis seluruhnya mungkin butuh 100 jilid. Tapi dengan 10 jilid, kita bisa hadirkan ‘highlight’ sejarah Indonesia yang komprehensif dan menggugah,” katanya.
Untuk proyek monumental ini, Kementerian Kebudayaan menggandeng 112 sejarawan dari 34 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Proses penulisan saat ini disebut sudah mencapai 80–90 persen tahap penyuntingan.
Lebih lanjut, Fadli menekankan bahwa sejarah Indonesia perlu ditulis dari perspektif bangsa Indonesia sendiri, bukan melalui kacamata kolonial yang selama ini mendominasi narasi besar sejarah nasional.
“Sudah waktunya kita membangun kesadaran sejarah yang benar-benar berpijak pada fakta, bukan warisan narasi kolonial. Banyak temuan baru, seperti lukisan purba berusia 51.200 tahun, yang harus dimasukkan ke dalam catatan sejarah kita,” ujarnya.
Fadli juga menjamin bahwa tidak ada upaya untuk menutupi atau menyensor sejarah. “Penulisan sejarah ini terbuka untuk kritik pdan perdebatan ilmiah. Justru itu kekuatannya. Kita ingin jujur dan transparan dalam merekam masa lalu,” tambahnya.
Ia mengingatkan bahwa sejarah nasional terakhir kali ditulis secara menyeluruh 26 tahun lalu, dan sudah saatnya dilakukan pembaruan narasi yang lebih relevan dan kontekstual dengan kondisi saat ini.
“Saya harap buku sejarah baru ini dapat membangkitkan kembali kesadaran sejarah di kalangan generasi muda. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu dan belajar dari sejarahnya,” pungkasnya. (red/ria)