Ancaman Tsunami Warga Diminta Hafal Rumus 20-20-20: “Bukan Soal Jika, Tapi Kapan”

oleh -643 Dilihat
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Ancaman tsunami di kawasan pesisir selatan Jawa bukan sekadar kemungkinan, tapi potensi nyata yang bisa terjadi kapan saja.

Karena itulah, edukasi kebencanaan kini menjadi prioritas utama, terutama bagi warga pesisir Tulungagung yang hidup berdampingan dengan laut.

banner 719x1003

Peringatan itu disampaikan Kepala Stasiun Geofisika Malang, Ma’muri, S.Si., MTI akrab disapa Muri dikutip suarasmr.news dari dialog program Kentongan bersama RRI Kediri, Jumat (26/07/2025).

“Seluruh pesisir selatan Pulau Jawa, termasuk Tulungagung, berada di zona rawan gempa dan tsunami. Yang paling penting sekarang adalah kesiapsiagaan. Bukan soal ‘jika’ terjadi, tapi ‘kapan’,” tegas Muri.

Menurutnya, Pantai Gemah di Tulungagung menyimpan catatan sejarah yang sering terlupakan. Ia mengingatkan, pada tahun 1994, tsunami dahsyat yang menghantam Banyuwangi juga berdampak ke Tulungagung, dengan air laut yang masuk hingga 100 meter ke daratan.

“Ini bukan teori. Tsunami pernah benar-benar terjadi. Kita tidak boleh lengah,” ujar Muri menegaskan.

Muri menjelaskan bahwa sumber gempa di wilayah ini umumnya berasal dari zona subduksi, sekitar 200 kilometer di selatan Pulau Jawa tempat dua lempeng bumi raksasa saling menekan: Indo-Australia dan Eurasia.

banner 484x341

Karena gempa bumi belum bisa diprediksi secara pasti, sistem peringatan dini hanya bisa diberikan setelah gempa terjadi. Waktu menjadi sangat krusial. Maka, ia mengajak warga menghafal dan memahami rumus penyelamat hidup: 20-20-20.

“Jika merasakan gempa selama 20 detik, maka warga hanya punya waktu 20 menit untuk menyelamatkan diri ke tempat dengan ketinggian minimal 20 meter. Itulah rumus emas: 20-20-20,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya kesiapan fisik dan logistik. Warga disarankan menyiapkan tas siaga berisi makanan kering, air minum, obat-obatan penting, senter, radio darurat, hingga dokumen berharga.

Baca Juga :  Halal Bihalal Menguatkan Tali Persaudaraan di Desa Gedangan Tulungagung 

“Ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk menyelamatkan. Karena ketika gempa terjadi, bukan saatnya panik tapi bergerak cepat dan tahu apa yang harus dilakukan,” pungkasnya penuh ketegasan.

Dengan edukasi yang tepat dan kesadaran kolektif masyarakat, Muri berharap tragedi bisa dicegah, dan nyawa bisa diselamatkan. Karena di balik setiap sirine peringatan tsunami, ada nyawa keluarga, tetangga, dan generasi masa depan yang harus dilindungi. (red/aidil)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *