SUARASMR.NEWS – Di tengah derasnya arus modernisasi dan kecanggihan teknologi, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar: lunturnya etika dan sopan santun, terutama di kalangan generasi muda.
Padahal, sejak dulu bangsa ini dikenal dengan budaya ramah, saling menghormati, dan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial.
Sayangnya, tatanan etika yang dulunya menjadi pijakan dalam kehidupan masyarakat, kini mulai tergeser. Banyak pihak menyoroti bahwa generasi masa kini seakan menjauh dari norma-norma kesopanan yang telah lama menjadi jati diri bangsa.
Anggota Dewan Pendidikan Kota Surabaya, Sita Pramesthi, menilai fenomena ini tidak bisa hanya menyalahkan anak-anak. Menurutnya, apa yang terjadi saat ini merupakan cerminan dari pola pengasuhan generasi sebelumnya.
“Memang beda ya, dulu dengan sekarang, nilai-nilainya jelas menurun. Tapi kita tidak bisa serta merta menyalahkan anak-anak. Mereka adalah produk dari kita juga dari orang tua dan lingkungan,” kata Sita.
Jadi, tanggung jawabnya kolektif,” sambung Sita dikutip suarasmr.news saat menjadi narasumber di Pro2 FM Surabaya, Rabu (6/8/2025).
Ia juga menyoroti dampak besar teknologi, khususnya penggunaan gawai yang kini seolah menjadi “dunia kedua” bagi anak-anak. Kebiasaan ini, lanjut Sita, membuat mereka semakin jauh dari interaksi sosial yang sehat.
“Gawai jadi tantangan utama. Anak-anak jadi cuek, kurang peka terhadap lingkungan. Kalau ini dibiarkan, bisa berdampak jangka panjang. Kita sebagai orang dewasa harus berani tegas membatasi penggunaan gawai,” tegasnya.
Sita pun mengajak seluruh elemen bangsa orang tua, guru, dan masyarakat untuk kembali membumikan nilai-nilai etika sejak dini.
Pendidikan karakter, menurutnya, harus kembali menjadi prioritas utama dalam membentuk generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga beretika. (red/akha)