SUARASMR.NEWS – Tragedi ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terus mendapat sorotan dari para akademisi.
Salah satunya akademisi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menilai peristiwa yang menewaskan santri itu terjadi akibat kegagalan konstruksi.
Dosen Teknik Sipil ITS, Mudji Irmawan, dalam keterangannya pada Kamis (2/10/2025), menyebutkan bahwa keruntuhan bangunan terjadi karena struktur utama tidak mampu menahan beban.
“Secara struktur, plat, balok, dan kolom mengalami kolaps yang cukup parah, atau pecah. Ini bisa dikatakan kegagalan konstruksi karena strukturnya rusak,” tegasnya.
Menurut hasil pengamatan di lapangan, tingkat kerusakan bangunan yang ambruk terbilang serius. Mudji menjelaskan bahwa pembangunan gedung dilakukan secara bertahap atau dikenal sebagai bangunan tunggu.
Secara desain, gedung itu memang direncanakan memiliki tiga lantai dengan tambahan atap keempat. Namun, dalam praktiknya, terdapat kelemahan mendasar.
“Hubungan antara lantai satu dengan lantai dua, lalu lantai dua dengan lantai tiga, hingga lantai tiga dengan lantai empat tidak tersambung sempurna. Hal ini membuat struktur bangunan tidak terikat dengan baik,” paparnya.
Seperti diketahui, bangunan Ponpes Al Khoziny ambruk pada Senin (29/9/2025) pagi, sesaat setelah proses pengecoran lantai empat dilakukan.
Tragedi ini menimbulkan korban jiwa dan luka-luka, sekaligus memicu evaluasi serius terhadap kualitas pembangunan gedung pendidikan berbasis pesantren. (red/akha)













