Konser 25 Tahun Andien “Suarasmara”: Perayaan Spektakuler yang Menggetarkan Istora Senayan

oleh
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Istora Senayan berpendar bak kota kecil penuh keajaiban pada Sabtu malam ketika Andien Aisyah merayakan 25 tahun perjalanan karier musiknya lewat konser megah bertajuk Suarasmara.

Tidak sekadar pertunjukan, konser ini menjelma menjadi teater musikal empat babak yang menyelam ke dalam dunia kreatif Andien dari warna musik, tata busana, hingga atmosfer emosional yang menghipnotis.

banner 719x1003

Dipimpin oleh tangan dingin Shadtoto Prasetio sebagai creative director, babak pertama bertajuk Town of Suarasmara dibuka dengan kejutan visual ala Broadway: cerah, playful, dan penuh dinamika.

Andien muncul bak primadona panggung, sementara Tohpati membawa orkestra jazz megah yang mengalun melalui “Let It Be My Way” hingga “Meniti Pelangi”. Musiknya menggelegar, grande, namun tetap memeluk telinga dengan hangat.

Belum lima menit konser berjalan, Andien sudah tak kuasa menahan harunya. “Baru kemarin rekaman album pertama… terima kasih dari lubuk hati paling dalam,” ucapnya sambil berlinang air mata, disambut gemuruh ribuan penggemar yang memenuhi Istora.

Panggung semakin hidup dengan instalasi mobil-mobilan kardus karya Dusdukduk yang memberikan sentuhan whimsical pada segmen pembuka ini. Andien tampil memukau mengenakan gaun rancangan Hian Tjen, menguatkan nuansa teatrikal yang ingin ia hadirkan.

Segmen kedua menjadi titik paling intim dalam konser Suarasmara. Bersama maestro Indra Lesmana, Andien membawa penonton kembali ke akar jazz yang membesarkan namanya. Enam lagu termasuk “Gemintang” dan “Teristimewa” menguar dengan nuansa eleganlembut, namun penuh tenaga.

banner 484x341

Gaun rancangan Ivan Gunawan membuat penampilannya semakin dramatis. Kejutan manis hadir ketika Vina Panduwinata naik panggung, membawakan lagu-lagu ikonik “Di Dadaku Ada Senyummu” dan “Kumpul Bocah”. Satu Istora sontak bernyanyi bersama.

Begitu babak ketiga dimulai, suasana berubah drastis: futuristik, penuh warna, namun tetap menyentuh memori masa remaja. “Milikmu Selalu” menjadi pembuka yang membuat penonton melompat dalam nostalgianya masing-masing.

Baca Juga :  DPR Setujui Abolisi Tom Lembong, Proses Hukum Korupsi Rp194 Miliar Dihentikan

Rancangan Dibba memperkuat karakter Andien yang lincah dan eksperimental. Petikan gitar Tohpati mengantarkan “Indahnya Dunia”, lalu Wijaya 80 ikut naik panggung untuk membawakan “Saat Bahagia” lagu yang pernah meledak bersama Ungu.

Penonton pun ikut larut dalam atmosfer 2000-an yang dikemas dengan sentuhan era 2025 yang lembut penuh perasaan seakan magnit jiwa ikut tergantung disana. Sebuah perayaan yang akan diingat oleh mereka yang menyaksikannya.

Sebagai klimaks, Andien membuka portal nostalgia audio Winamp dengan sentuhan modern yang memukau. Bersama White Chorus, babak terakhir ini menjadi pesta kolaborasi lintas-genre yang tak terduga sebuah pernyataan bahwa Andien mampu menyeberangi batas musik dari masa ke masa.

Lagu “Sahabat Setia” menjadi penutup penuh emosi dan kemeriahan. Dalam balutan busana rancangan Eddy Betty, Andien berdiri tegak bersinar, berkilau, dan begitu percaya diri. Tepuk tangan dan sorak-sorai kembai memecah udara malam itu, Andien bukan hanya menyelenggarakan konser, tetapi merayakan legasi.

Suarasmara bukan sekadar konser, tetapi perjalanan waktu, ruang, dan rasa. Andien berhasil membuktikan bahwa dalam 25 tahun berkarya, ia tetap relevan, penuh inovasi, dan yang terpenting mampu menyentuh hati jutaan pendengarnya. (red/ria)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *