SUARASMR.NEWS – Kementerian Agama RI melalui Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam kembali menggelar sebuah perhelatan monumental bertajuk Ngaji Budaya dan Tradisi Islam di Nusantara, Sabtu (15/11/2025) lalu.
Acara digelar di Gedung Serbaguna UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, mengusung tema “The Wonder of Harmony: Merawat Toleransi dalam Keberagaman Tradisi dan Budaya”, menegaskan pentingnya dialog lintas budaya dan agama di tengah derasnya arus perubahan zaman.
Lebih dari 1.000 peserta memadati arena mulai dari mahasiswa, penyuluh agama, dosen, hingga influencer muda se-DIY. Mereka berkumpul dalam satu ruang untuk merayakan kekayaan tradisi, sekaligus menggali kembali nilai-nilai Islam yang ramah, teduh, dan berpadu harmonis dengan kebudayaan lokal.
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan, mengapresiasi kehadiran Kemenag yang menghadirkan ngaji budaya ke lingkungan kampus. Menurutnya, acara seperti ini semakin relevan bagi generasi muda yang hidup di era serba cepat.
“Ngaji budaya adalah cara kekinian bagi anak muda untuk memahami bahwa Islam di Nusantara itu santun, moderat, dan berakar pada kearifan lokal,” ujarnya.
Ia juga menyoroti kehadiran Kiai Kanjeng dan Letto yang menjadi bukti bahwa seni dan dakwah bukan dua kutub yang berseberangan, tetapi justru bisa saling menguatkan.
Kolaborasi ini menegaskan bahwa budaya tidak menghalangi nilai agama, melainkan memperkaya pesan-pesan kebaikan yang ingin disampaikan.
Direktur Jenderal Bimas Islam, Prof. Abu Rokhmad, menegaskan bahwa toleransi adalah jantung dari keberagaman Indonesia.
“Perbedaan harus menjadi rahmat, bukan sumber perpecahan. Kerukunan adalah modal bangsa yang paling berharga,” tegasnya di hadapan peserta.
Ia mengingatkan bahwa egoisme dan polarisasi hanya akan membawa Indonesia pada keretakan sosial, sementara harmoni adalah jalan menuju kemajuan.
Plt. Direktur Penerangan Agama Islam, H. Ahmad Zayadi, yang mengisi sesi materi bertema Harmoni dalam Toleransi jalan Cinta Keberagaman Indonesia, menekankan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat moderasi beragama dan ketahanan budaya lokal.
Menurutnya, Islam tidak pernah memusuhi budaya. “Islam justru memuliakan seni, memuliakan akal, dan memuliakan kemanusiaan,” tutur Zayadi menegaskan.
Menanamkan Identitas di Tengah Perubahan Zaman: Ngaji Budaya di Yogyakarta ini menjadi ruang belajar yang menyatukan spiritualitas, budaya, dan modernitas. Melalui dialog dan literasi budaya yang diperkuat, generasi muda diharapkan:
Lebih memahami pentingnya toleransi, mencintai keragaman tradisi, menjaga kearifan lokal, serta meneguhkan identitas kebangsaan yang selaras dengan nilai-nilai Islam.
Acara ini tidak hanya menjadi pertemuan budaya, tetapi juga benteng spiritual yang menjaga anak muda tetap berakar pada nilai-nilai luhur Nusantara meski zaman terus bergerak cepat. (red/adb)












