SUARASMR.NEWS – Peringatan keras dilontarkan dokter spesialis obstetri dan ginekologi lulusan Universitas Indonesia, dr. Amarylis Febrina Choirin Nisa Fathoni, Sp.OG, IBCLC, yang membeberkan fakta mencengangkan soal bahaya rokok terhadap ibu hamil.
Tidak hanya perokok aktif, bahkan sekadar menjadi perokok pasif pun sudah cukup untuk mengancam keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan.
“Perokok pasif aja bisa berefek prematuritas pada bayi, bisa meningkatkan risiko preeklamsia pada ibu hamil,” tegas dr. Nisa dalam temu media di Jakarta, Selasa (18/12/2025).
Menurut dr. Nisa, kandungan berbahaya dalam asap rokok terutama karbon monoksida dapat mengacaukan fungsi oksigen dalam darah, sehingga meningkatkan tekanan darah pada ibu dan plasenta.
Kondisi ini menjadi jalan masuk menuju preeklamsia, komplikasi kehamilan yang berbahaya dan bisa berujung pada kematian bila tidak ditangani.
Lebih ngerinya lagi, asap rokok bisa bertahan dan menempel di permukaan keras hingga 7 hari, mulai dari pakaian, sofa, hingga tembok rumah. Artinya, meski tidak merokok di dekat ibu hamil, racun tetap bisa menempel dan terhirup kapan saja.
“Tidak semudah itu dihilangin, bahkan cuci tangan saja tidak cukup. Zat dari rokok itu benar-benar menempel, termasuk di baju dan berbagai permukaan keras,” ujar dr. Nisa menegaskan.
Ia juga memperingatkan, racun rokok dapat berpindah pada ibu hamil melalui kontak fisik seperti saat suami mencium istri. Situasi ini membuat risiko semakin tinggi bila lingkungan tempat tinggal penuh paparan asap.
“Toksinnya rokok kan enggak cuma satu, enggak cuma nikotin. Kalau dibedah, rokok itu sangat tidak baik,” tegasnya.
Karena itu, ia meminta seluruh anggota keluarga untuk benar-benar peduli dan ikut menjaga lingkungan steril dari asap rokok, terutama jika ada ibu hamil di rumah.
Apa Itu Preeklamsia? Berdasarkan Kementerian Kesehatan, preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi dan sering disertai protein dalam urin setelah usia kehamilan 20 minggu.
Kondisi ini dapat merusak ginjal, hati, otak, hingga plasenta, dan termasuk dalam spektrum berbahaya hipertensi dalam kehamilan.
Peringatan ini bukan sekadar imbauan, melainkan alarm keras agar keluarga, masyarakat, dan khususnya para calon ayah lebih bertanggung jawab menjaga keselamatan ibu dan bayi.
“Satu kepulan asap saja bisa jadi ancaman besar. Terlebih, racunnya tidak hilang begitu saja. Ibu hamil butuh perlindungan bukan asap rokok,” pungkasnya. (red/ria)












