Akademisi Universitas Udayana: Program Makan Bergizi Gratis Bukan Sekadar Bansos, Tapi Proyek Peradaban

oleh -630 Dilihat
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Akademisi Universitas Udayana (Unud), Efatha Filomeno Borromeu Duarte, menyebut Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai “proyek peradaban” yang akan menentukan arah masa depan bangsa.

Menurut EfathaFilomeno, program ini bukan sekadar bantuan sosial, melainkan investasi besar dalam membangun generasi emas Indonesia.

banner 719x1003

“MBG bukan proyek bansos, melainkan proyek peradaban. Program ini adalah investasi masa depan bangsa yang harus diselamatkan dan dikembangkan untuk memperkuat kemandirian pangan nasional,” tegas Efatha, Kamis (9/10/2025).

Dosen Ilmu Politik Unud itu menilai, Program MBG tak hanya berfokus pada peningkatan gizi anak-anak, tetapi juga menciptakan efek domino ekonomi yang menghidupkan kembali aktivitas usaha masyarakat di berbagai daerah.

“Program MBG sudah menimbulkan denyut ekonomi baru. Banyak dapur dan pelaku usaha lokal yang kembali produktif. Ini bukti nyata bahwa program ini tidak hanya soal gizi, tapi juga soal kesejahteraan rakyat,” ujarnya.

Efatha menjelaskan, ribuan dapur yang beroperasi setiap hari dalam program tersebut telah membuka lapangan kerja baru, terutama bagi ibu rumah tangga yang sebelumnya tidak memiliki penghasilan tetap.

Di sisi lain, meningkatnya permintaan bahan pangan seperti sayur, daging, telur, dan beras juga menggerakkan rantai pasok lokal di pasar-pasar tradisional di seluruh Indonesia.

banner 484x341

“Roda ekonomi di pasar kini berputar lebih kencang. Petani, peternak, pedagang, dan penyedia transportasi semuanya ikut merasakan dampaknya,” imbuhnya.

Selain berdampak ekonomi, Efatha menyebut MBG memberi napas lega bagi jutaan keluarga prasejahtera, karena mampu mengurangi beban pengeluaran harian untuk kebutuhan makan anak-anak.

Namun, ia mengingatkan agar pemerintah terus memperbaiki tata kelola pelaksanaan program ini agar lebih profesional dan akuntabel.

“Kesalahan teknis di lapangan tidak boleh dijadikan alasan untuk mematikan program sebesar ini. Yang perlu dilakukan adalah memperbaiki sistemnya,” kata Efatha.

Baca Juga :  Akademisi Trisakti: Bandara IKN Belum Layak untuk Komersial

Lebih lanjut, ia mendorong pemerintah memperkuat sistem logistik, pengawasan, dan sumber daya manusia, serta menjadikan MBG sebagai model industri pangan nasional yang berstandar tinggi dan berkelanjutan.

“Kalau dikelola dengan benar, MBG bukan hanya memberi makan hari ini, tapi juga menyiapkan masa depan bangsa yang lebih sehat dan mandiri,” tutupnya. (red/niluh)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *