SUARASMR.NEWS – Direktur Jenderal Pajak (DJP) Bimo Wijayanto mengingatkan bahwa pajak adalah napas pembangunan bangsa. Lewat pajak, masyarakat bisa menikmati fasilitas publik yang kini dirasakan sehari-hari, mulai dari pendidikan gratis, jalan yang lebih baik, hingga akses teknologi informasi.
Menurut Bimo, makna perjuangan di era kemerdekaan kini sudah bergeser. Jika dulu para pahlawan mengangkat senjata, maka generasi sekarang berjuang dengan cara berbeda: mengasah pengetahuan, meningkatkan keterampilan, menjaga semangat gotong royong, dan membayar pajak.
“Kita berjuang dengan pengetahuan kita, dengan keterampilan kita, dan dengan semangat gotong royong kita. Semangat membayar pajak,” tegas Bimo saat acara Pajak Bertutur 2025, Rabu (27/8/2025).
Ia mencontohkan, generasi muda saat ini jauh lebih beruntung dibandingkan era 1980-an. Kala itu, siswa masih harus membayar iuran sekolah (SPP). Kini, pendidikan dasar hingga menengah bisa ditempuh secara gratis karena dibiayai oleh negara.
Yang sumber utamanya berasal dari penerimaan pajak. Bahkan, peluang melanjutkan pendidikan tinggi hingga ke luar negeri semakin terbuka lebar berkat dukungan negara.
“Sekarang adik-adik tidak perlu bayar SPP. Bahkan di beberapa daerah sampai SMA pun gratis. Itu semua dibiayai dari pajak masyarakat,” ungkapnya.
Bimo juga mendorong anak muda untuk tidak pasif terhadap kebijakan publik, termasuk soal pajak. Ia menekankan, sikap kritis adalah bagian dari kebebasan berekspresi yang harus diarahkan untuk kebaikan bangsa.
“Enggak apa-apa mempertanyakan kenapa gaji DPR dinaikkan sementara pajak rakyat juga naik. Itu bentuk berpikir kritis, tapi arahkan untuk membangun bangsa,” ujarnya.
Lebih jauh, ia mengajak generasi muda memaknai kemerdekaan dalam konteks kekinian: bebas memilih sekolah, bebas mengembangkan diri, sekaligus berkontribusi nyata lewat pajak.
“Generasi Indonesia harus jadi generasi yang merdeka memilih, termasuk memilih jalan pendidikan mana pun yang mereka inginkan. Semua itu bisa terwujud berkat pajak,” pungkasnya. (red/akha)