SUARASMR.NEWS – Jokowi saat ini benar-benar seperti tengah dibuang ke tong sampah, habis selesai dijilat-jilat oleh PROJO, lalu penjilatnya balik badan, tegak lurus pada penguasa baru dan logo PROJO pun yang bergambar wajahnya mau diganti.
Dalam panggung politik, kesetiaan adalah barang mewah. Hari ini seseorang dielu-elukan bak penyelamat bangsa, besok bisa saja ia dilupakan bahkan dicaci oleh tangan-tangan yang dulu mengangkatnya.
Sejarah politik kita berkali-kali membuktikan, kekuasaan adalah rumah sementara dan para penghuninya berganti tanpa sempat menatap cermin nurani.
Fenomena berpindahnya dukungan dan bergesernya barisan pendukung bukanlah hal baru. Dalam dunia politik, cinta dan benci bisa berganti tempat secepat lambaian tangan di atas panggung kampanye.
Mereka yang dulu mengklaim diri paling setia, kini justru berlomba-lomba menegakkan kesetiaan pada penguasa baru, seolah-olah masa lalu bisa dihapus begitu saja.
Inilah wajah politik ketika idealisme kalah oleh pragmatisme. Di ruang yang penuh tepuk tangan, kebenaran sering kehilangan tempat duduk. Pengkhianatan bukan lagi aib ia justru menjadi strategi bertahan.
Namun, ada pelajaran besar di balik semua itu, siapa pun yang membangun kekuasaan di atas kebohongan dan manipulasi, cepat atau lambat akan meneguk racunnya sendiri. Politik tanpa kejujuran adalah menara rapuh yang menunggu waktu untuk runtuh.
Sejarah selalu mencatat, bahwa setiap pengkhianatan akan menemukan putarannya sendiri. Ketika kekuasaan meredup, orang-orang yang dulu menyanjung akan pergi, dan yang tersisa hanyalah keheningan ruang di mana pemimpin sejati seharusnya bercermin:
“Apakah selama ini ia memimpin dengan kebenaran, atau hanya mengatur dengan kepentingan?”
Maka, di tengah gemuruh kekuasaan yang tak pernah sepi, marilah kita belajar satu hal sederhana namun abadi, lebih baik menjadi rakyat jujur yang hidup sederhana, daripada penguasa besar yang dikenang karena dusta. (red/SHE)













