Gunung Budeg: Pesona Alam Tulungagung yang Menyimpan Legenda Cinta dan Kutukan

oleh
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Selain dikenal sebagai Kota Marmer, Kabupaten Tulungagung ternyata juga menyimpan deretan gunung yang memikat para pendaki, baik pendaki yang profesional maupun para pendaki pemula.

Salah satu yang paling populer adalah Gunung Budeg, yang berada di Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat. Meski hanya setinggi 550 mdpl, gunung ini menawarkan keindahan alam sekaligus kisah legenda yang menyayat hati.

banner 719x1003

Legenda Tragis di Balik Nama Gunung Budeg: Gunung Budeg bukan sekadar destinasi wisata alam. Di balik punggungnya yang hijau, gunung ini menyimpan kisah kelam tentang cinta, bakti, dan kutukan.

Berdasarkan catatan dalam repository UIN SATU, legenda ini berpusat pada seorang pemuda miskin bernama Joko Tawang dan seorang gadis bangsawan, Roro Kembang Sore, dari Kerajaan Lembu Peteng.

Perbedaan kasta membuat cinta mereka tak mudah bersatu. Sang putri sejatinya menolak lamaran Joko Tawang, namun teringat budi baik Mbok Rondo, ibu Joko Tawang, yang pernah menolongnya.

Karena rasa sungkan itu, Roro Kembang Sore memberikan syarat berat: Joko Tawang harus mengembangkan kekuatan spiritual demi melindunginya.

Berangkat dengan tekad bulat, Joko Tawang melakukan tapa di gunung sambil mengenakan cikrak, wadah sampah dari anyaman bambu, sebagai pelindung kepala. Ia duduk bersila, tak bergerak sedikit pun, demi memenuhi permintaan sang pujaan hati.

banner 484x341

Nasib berkata lain. Suatu hari, Mbok Rondo datang mencari anaknya dan mendapati Joko Tawang tetap diam meski dipanggil berkali-kali. Merasa marah dan tersinggung, ia melontarkan makian: “Dasar anak budek seperti batu!”

Sekejap kemudian, tubuh Joko Tawang berubah menjadi batu. Dari sinilah gunung itu kemudian dikenal sebagai Gunung Budeg, budeg berarti tuli atau tak mendengar.

Seperti halnya kisah Malin Kundang, legenda ini mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, betapa besarnya konsekuensi bila bakti tergeser oleh cinta.

Baca Juga :  Kehadiran Kapal Pesiar Raksasa Terbesar Dunia di Bali Mendorong Perekonomian Lokal

Keindahan Gunung Budeg: Ringan Didaki, Sulit Dilupa: Meski mengandung kisah tragis, Gunung Budeg justru menjadi salah satu destinasi favorit para pendaki. Keindahannya selalu berhasil mengundang wisatawan dari berbagai daerah.

1. Akses Mudah untuk Semua Kalangan: Gunung Budeg termasuk ramah pemula. Waktu tempuh menuju puncak hanya 30–45 menit, sehingga cocok untuk keluarga, pemula, hingga wisatawan yang ingin pendakian singkat tanpa perlengkapan rumit.

2. Pemandangan Kota dari Ketinggian: Setibanya di puncak, lanskap Kota Tulungagung tersaji luas di hadapan mata. Siang hari, hamparan perbukitan dan sawah tampak jelas. Malam hari, lampu-lampu kota bak bintang yang jatuh ke bumi.

3. Sunrise dan Sunset dalam Satu Tempat: Gunung Budeg memiliki dua puncak, timur dan barat. Inilah yang membuat pendaki bisa menikmati matahari terbit dan matahari terbenam dari titik yang berbeda. Banyak fotografer menjadikan lokasi ini sebagai spot wajib.

4. Area Camping yang Nyaman: Kawasan puncak yang cukup luas menjadi favorit para camper. Mereka biasanya datang sore hari, menikmati sunset, lalu menunggu sunrise di pagi berikutnya.

5. Atmosfer Spiritual yang Masih Terasa: Selain panorama alam, gunung ini menyimpan nuansa mistis dan spiritual yang kuat. Sebagian orang datang bukan untuk mendaki, tetapi untuk bertapa atau berziarah sebuah budaya yang sudah berlangsung sejak masa Hindu-Buddha.

Rute Pendakian Singkat, Tapi Tetap Menantang: Dilansir Diskominfo Jatim, waktu terbaik untuk mendaki Gunung Budeg adalah sekitar pukul 03.00 WIB, agar pendaki dapat mengejar matahari terbit.

Meskipun jalurnya tergolong pendek, beberapa titik cukup terjal dan berbatu. Pendaki perlu berhati-hati terhadap: semut hitam, ulat, ular yang kadang bersembunyi di balik bebatuan.

Menariknya, sering dijumpai anak-anak desa yang hafal jalur pendakian. Mereka kerap menawarkan bantuan menunjukkan jalur aman atau membawa barang bawaan. Pendaki bisa memberikan sedikit uang jajan sebagai bentuk apresiasi.

Baca Juga :  Pemerintah Desa Rejoagung Gelar Makan Bergizi Gratis

Sebelum mendaki, pengunjung wajib: menyerahkan KTP, mengisi buku tamu, membayar biaya kebersihan Rp 5.000, mengikuti briefing mengenai aturan pendakian. Panitia juga menyediakan penyewaan tenda mulai Rp 30.000–50.000.

Tips Aman Menjelajahi Gunung Budeg

  • Hindari mendaki saat hujan karena jalur menjadi licin.
  • Gunakan sepatu anti-slip, bawa senter, air minum, dan jaket.
  • Jika ingin sunrise, datanglah sore hari untuk berkemah.
  • Selalu jaga kebersihan dan hormati adat lokal.

Meski tidak setinggi gunung-gunung lain, Gunung Budheg menyajikan panorama yang menakjubkan dari puncaknya. Ketika cuaca cerah, pendaki akan disuguhkan dengan pemandangan Tulungagung, dari kawasan organisasi hingga hijaunya sawah di sekitarnya.

Di malam hari, lampu-lampu yang berkilauan akan membuat pemandangan semakin indah. Puncak Gunung Budeg juga menjadi salah satu tempat yang ideal untuk menyaksikan matahari terbit dan terbenam. Lapisan awan yang menutupi kawasan lereng dan perkampungan menjadikan pengalaman ini semakin spektakuler.

Gunung Budeg adalah perpaduan sempurna antara keindahan alam, legenda, budaya, dan spiritualitas lokal. Meski tidak tinggi, gunung ini menawarkan pengalaman yang lengkap mulai dari pendakian ringan, panorama memukau, hingga kisah legenda yang menyentuh. (red/marju)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *