SUARASMR.NEWS – Keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta diyakini menjadi fondasi utama ketangguhan masyarakat Bali dalam menghadapi berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG).
Harmoni inilah yang membuat Pulau Dewata mampu bertahan dari guncangan bencana alam hingga potensi konflik sosial. Kesadaran menjaga keseimbangan semesta menjadi modal spiritual sekaligus sosial bagi masyarakat Bali.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Ideologi Wawasan Kebangsaan dan Karakter Bangsa Badan Kesbangpol Provinsi Bali, I Komang Kusumaedi, dalam program Obrolan Komunitas di RRI Denpasar beberapa hari lalu.
“Kesiapsiagaan bisa dibangun melalui perubahan perilaku, terutama dengan menumbuhkan kesadaran lingkungan,” ujar Kusumaedi dikutip suarasmr.news, Selasa (2/9/2025).
Selain itu, kata Kusumaedi semua juga perlu memperkuat jaringan komunikasi dan menjaga nilai-nilai budaya lokal sebagai wujud harmoni dengan alam.
Kusumaedi menekankan, harmoni tidak hanya diwujudkan dalam hubungan dengan alam dan Sang Pencipta, tetapi juga dengan sesama manusia. Ikatan keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar menjadi benteng pertama ketika bencana melanda.
“Pertolongan pertama saat bencana biasanya datang dari orang-orang terdekat, maka hubungan baik dengan sesama harus terus dipelihara,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan, masyarakat Bali perlu waspada terhadap ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang bersumber dari faktor alam, sosial, budaya, hingga ekonomi.
Situasi tersebut menurut Kusumaedi membutuhkan kesiapsiagaan bersama agar ketenteraman tetap selalu terjaga dengan baik.
Wawasan kebangsaan adalah benteng utama untuk menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan dengan tepat dan bijaksana.
“Dengan kesadaran tinggi serta kesiapsiagaan kolektif, masyarakat Bali akan mampu melindungi diri, keluarga, dan lingkungannya dari segala risiko,” tegas Kusumaedi. (red/niluh)