Hasto Kristiyanto Serukan Gerakan Merawat Pertiwi, PDIP Diminta Respons Bencana dengan Aksi Nyata dan Kontemplasi

oleh
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, menyampaikan seruan keras namun penuh perenungan kepada seluruh kader partai di tengah maraknya bencana alam yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Dalam pidatonya di Konferda DPD PDIP DIY, Sabtu (6/12/2025), Hasto menekankan bahwa rangkaian bencana ini adalah alarm keras bahwa alam raya sedang berada dalam keadaan tidak seimbang.

banner 719x1003

“Dalam perspektif kebatinan yang tumbuh kuat di Jogja, kita bisa melihat jelas ketidakseimbangan alam. Seperti dalam cerita wayang, republik ini sedang menghadapi Goro-goro akibat ulah kita sendiri yang merusak lingkungan,” ujar Hasto.

Filosofi Bung Karno – Megawati: Politik Kehidupan, Politik Merawat Alam: Hasto menggambarkan bahwa dasar dari politik lingkungan PDIP berakar pada ajaran Bung Karno dan Megawati Soekarnoputri.

Bung Karno tegas menolak konsesi hutan kepada korporasi, sementara Megawati meneguhkan gerakan merawat kehidupan melalui tindakan sederhana namun bermakna.

Salah satu contoh yang Hasto ungkap membuat para peserta terdiam kagum: Megawati selalu mengumpulkan biji-bijian salak, mangga, durian, klengkeng untuk ditanam. Tidak ada satu pun yang boleh terbuang. “Setiap biji punya hak untuk hidup,” ucap Hasto menirukan pesan Megawati.

Kebiasaan itu tidak berhenti di situ. Sisa teh di rumahnya tidak pernah dibuang, tetapi dikembalikan ke tanaman. Kulit kacang pun dikumpulkan dan ditaburkan karena mampu menyuplai kalium bagi tanaman. “Inilah politik merawat kehidupan yang diajarkan ketua umum kami,” tegas Hasto.

banner 484x341

Kerusakan Lingkungan Disebut Akibat Ketidakadilan: Hasto kemudian menautkan bencana ekologis dengan sistem yang timpang. Ia menyoroti kerusakan hutan akibat kapitalisasi kekuasaan, alih fungsi lahan besar-besaran, hingga dominasi korporasi atas tanah rakyat.

“Bencana ini muncul dari hilangnya keadilan. Dari penguasaan lahan yang eksklusif. Dari pembiaran tambang ilegal dan pembalakan liar. Padahal Bung Karno mengajarkan keadilan dalam redistribusi aset,” ujarnya.

Baca Juga :  Puan Maharani: Proses Penggantian Sekjen PDIP Hak Prerogatif Ketua Umum

Ia bahkan menyebut tanaman sawit sebagai “tanaman arogan” karena sifatnya yang merusak keseimbangan ekosistem.

Tak berhenti pada kritik, Hasto menginstruksikan seluruh kader DIY untuk bergerak serentak membersihkan Kali Code dan Kali Winongo sebagai bagian dari HUT PDIP. Ia juga mengajak kader meniru kebiasaan Megawati mengumpulkan botol plastik bekas untuk dijadikan media pembibitan tanaman.

“Kalau melihat botol plastik, jangan dibuang. Kumpulkan. Ibu Mega pakai untuk nursery, diisi tanah, ditanami. Jadikan tradisi partai,” tandasnya.

PDIP DIY juga akan menggalang solidaritas sosial berupa pengumpulan dana bagi warga yang terdampak banjir dan longsor di berbagai wilayah.

Di tengah pidatonya, Hasto menyampaikan pantun yang menggugah: “Yogyakarta kota budaya, Mahakarya Indonesia Raya. PDI Perjuangan berjiwa kesatria, Tegakkan keadilan untuk semua,” ujarnya.

Ia menutup pidato dengan pantun kedua, merangkum semangat perjuangan ekologis: “Mewayu Hayuning Bawono, penjaga sejarah. PDI Perjuangan membangun tekad bersama, Merawat pertiwi panggilan hidup kita.”

Dengan menginternalisasi filosofi penghargaan pada kehidupan dan keadilan ekologis, Hasto meyakini kader PDIP dapat menjadi bagian dari solusi nasional untuk mengatasi krisis lingkungan.

“Setiap pohon itu punya jiwa. Jika kita mencintai pohon, pohon pun akan ikut merawat Indonesia Raya,” tutupnya. (red/SHE)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *