SUARASMR.NEWS – Di tengah derasnya arus budaya populer dan gelombang digitalisasi global, Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya berdiri tegak sebagai benteng terakhir penjaga jati diri bangsa.
Kampus seni ini tak hanya mencetak seniman, tapi juga melahirkan generasi muda yang berjiwa empatik dan berakar pada nilai-nilai budaya Nusantara.
Wakil Ketua I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan STKW, Dr. Bramantijo, M.Sn, menegaskan bahwa perguruan tinggi seni tak boleh sekadar menjadi ruang belajar teknik berkesenian, melainkan harus menjadi pusat pembentukan karakter dan kesadaran budaya.
“Perguruan tinggi seni bukan hanya tempat belajar berkesenian, tapi juga ruang pembentukan karakter, empati, dan kesadaran budaya,” ujar Bramantijo saat ditemui suarasmr.news, Sabtu (1/1/2025).
Menurutnya, di tengah derasnya modernisasi, STKW memilih berdiri di garis depan mempertahankan warisan budaya, tanpa menutup pintu bagi inovasi
Salah satu buktinya, Program Studi Seni Tari STKW kini meraih akreditasi unggul, menandakan pengakuan nasional terhadap kualitas pendidikannya.
“Industri kreatif masih sangat membutuhkan seni tari sebagai sumber inspirasi dan pengembangan kreativitas. Prospeknya terbuka luas, tidak hanya di panggung tradisional, tapi juga di dunia digital,” tegasnya.
Bramantijo menyebut, kampus seni memiliki peran strategis menyiapkan generasi adaptif yang mampu menari di dua dunia: dunia modern yang serba cepat dan dunia tradisi yang sarat makna.
“Kampus seni harus menjadi wadah yang menumbuhkan empati dan kepekaan sosial, agar seniman tidak hanya piawai berkarya, tapi juga memahami denyut kehidupan masyarakat,” tambahnya.
Agar seni kembali akrab dengan generasi muda, STKW terus mendorong pendekatan kreatif yang relevan dengan zaman, seperti menghadirkan seni tari di ruang publik dan media sosial.
“Seni harus hadir di ruang yang dekat dengan anak muda baik panggung nyata maupun digital agar mereka merasa bangga terhadap budayanya sendiri,” jelas Bramantijo.
Ia menegaskan, tantangan budaya global justru menjadi peluang bagi kampus seni untuk membumikan tradisi dalam bentuk baru. Melalui kolaborasi lintas disiplin dan teknologi, nilai-nilai budaya lokal dapat terus hidup dan berevolusi.
“Kami optimistis nilai-nilai tradisi akan tetap menyala, meski diterpa arus budaya populer. STKW siap menjadi penjaga bara budaya di tengah gemerlap dunia digital,” tutupnya dengan penuh keyakinan. (red/ags)













