SUARASMR.NEWS – Pembangunan tembok pembatas di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Ungasan, Kuta Selatan, Badung, menuai polemik. Sejumlah warga mengaku aktivitas sehari-hari terganggu karena jalan yang biasa mereka lalui tertutup tembok tersebut.
Keluhan ini bahkan sudah berlangsung lebih dari satu tahun, memaksa warga mengadu ke DPRD Bali. Wakil Ketua DPRD Bali, I Wayan Disel Astawa, menegaskan bahwa penutupan akses jalan warga melanggar Undang-Undang Agraria Nomor 60 serta aturan turunannya.
Pihaknya memberi batas waktu satu pekan kepada manajemen GWK untuk membongkar tembok.
“Hal-hal yang menyangkut kepentingan masyarakat lokal harus segera dibuka,” tegas Disel usai rapat bersama perangkat desa dan perwakilan GWK, Senin (22/9/2025).
Ia memperingatkan, bila GWK tak kunjung merespons, pihaknya bersama Satpol PP, Biro Aset, dan Pemkab Badung akan turun langsung untuk membongkar paksa tembok tersebut.
Manajemen GWK Angkat Bicara: Menanggapi desakan itu, manajemen GWK menegaskan bahwa pembangunan tembok sudah dilakukan sesuai prosedur.
Mereka mengklaim telah melakukan sosialisasi dan mengirim surat pemberitahuan kepada masyarakat pada 30 April dan 10 Juli 2024, sebelum pemagaran dilaksanakan pada 10–20 September 2024.
“Pemagaran dilakukan di atas tanah milik PT Garuda Adhimatra Indonesia (GAIN) sehingga GWK memiliki kewenangan penuh untuk mendirikan pagar tersebut,” jelas manajemen GWK dalam keterangan tertulis, duterima suarasmr.news, Jumat (26/9/2025).
Manajemen juga menekankan bahwa penyediaan akses jalan bagi warga sebenarnya menjadi kewenangan pemerintah. Meski demikian, GWK menyatakan siap bekerja sama jika dibutuhkan untuk mencari solusi terbaik.
“Akses jalan masyarakat merupakan ranah pemerintah. Namun GWK tetap siap mendukung pemerintah dalam mencari solusi penyediaan akses tersebut,” tulis pihak manajemen.
Warga Menanti Keputusan: Hingga kini, warga Ungasan masih menunggu langkah konkret dari pihak GWK maupun pemerintah daerah.
Mereka berharap polemik ini segera berakhir agar aktivitas sehari-hari dapat kembali normal, tanpa harus memutar jauh hanya untuk sekadar keluar-masuk kampung.
Apakah tembok GWK akan dibongkar paksa atau dicari jalan tengah? Satu pekan ke depan akan menjadi penentu nasib akses warga di kawasan pariwisata ikonik Bali ini. (red/niluh)













