Lesunya Ekonomi Bikin Ruko Sepi, 50 Persen Pedagang BTC Solo Pilih Tutup

oleh -542 Dilihat
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Lesunya perekonomian Indonesia belakangan ini mulai terasa dan dampaknya di pusat perdagangan.

Salah satunya di Beteng Trade Center (BTC) Solo, di mana hampir 50 persen pedagang memilih menutup ruko dan tidak memperpanjang sewa akibat penurunan omzet yang signifikan.

banner 719x1003

Ketua Paguyuban Pedagang BTC Solo, Nazarudin, membenarkan kondisi tersebut. Menurutnya, turunnya daya beli masyarakat menjadi penyebab utama sepinya pengunjung.

“Alhamdulillah kami tetap bersyukur, walaupun memang ada penurunan omzet. Tapi saya rasa bukan hanya di Beteng, semua pasar juga terdampak. Insyaallah dengan pemerintahan baru, ekonomi bisa lebih bagus lagi,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (1/9/2025).

Nazarudin menambahkan, sebagian besar pedagang yang memilih hengkang adalah penjual pakaian jadi dan pelaku bisnis daring yang menempati lantai satu dan dua BTC.

Persaingan ketat dengan tren belanja online yang kian mandiri membuat penjualan mereka terus menurun. “Sekarang banyak orang pintar bikin sendiri, jadi online di BTC makin sepi,” jelasnya.

Kondisi ini diperparah dengan merosotnya omzet hingga 60 persen dalam enam bulan terakhir, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

banner 484x341

“Dulu masa kejayaan itu sebelum pandemi Covid-19. BTC selalu ramai sampai orang antre di depan ruko meski belum buka. Sekarang jauh sekali,” kenang Nazarudin.

Hal senada disampaikan Ranie, pedagang pakaian jadi yang masih bertahan. Ia mengaku kesulitan bersaing dengan banjir produk murah dari e-Commerce, terutama barang impor.

“Pedagang besar langsung turun ke e-Commerce. Kita jadi kalah harga. Harus ada regulasi dari pemerintah, jangan impor barang murah terus dari China. Kainnya berapa, ongkos jahitnya berapa, kok bisa dijual semurah itu?” keluhnya.

Jika dulu Ranie bisa menjual hingga 20 potong pakaian per hari, kini dagangannya sering hanya laku satu-dua, bahkan kadang tidak terjual sama sekali.

Baca Juga :  APINDO Desak Peninjauan Ulang Kebijakan Parkir DHE 100 Persen 

“Kadang delapan, kadang cuma satu atau dua, bahkan pernah tidak ada yang beli sama sekali,” tuturnya.

Fenomena ini menjadi peringatan bagi dunia perdagangan tradisional tanpa regulasi yang adil dan inovasi dari pelaku usaha, persaingan dengan pasar online dan produk impor bisa semakin memukul keberlangsungan pedagang lokal. (red/adb)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *