SUARASMR.NEWS – Di tengah ribuan mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jawa Tengah, Mohamed Saidi Jalloh menjadi sorotan.
Mahasiswa asal Sierra Leone, Afrika Barat, ini datang jauh-jauh ke Indonesia demi menimba ilmu di Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Komunikasi Iformatika (FKI) UMS.
“Saya memilih UMS karena merupakan universitas Islam dan Indonesia dikenal sebagai negara yang damai. Sejak datang, saya merasa diterima dengan baik,” ujar Mohamed Saidi saat mengikuti Masa Ta’aruf (Masta), Minggu (28/9/2025).
Saidi mengaku terpikat dengan kombinasi kualitas akademik dan atmosfer Islami yang ditawarkan kampus. Dukungan para dosen serta fasilitas yang tertata rapi membuatnya semakin betah.
“Dosen-dosen sangat suportif, dan universitas menerima kami dengan tangan terbuka tanpa memandang asal. Saya sangat menghargai toleransi agama dan budaya di sini,” ungkapnya.
Tak hanya fokus di kelas internasional, Saidi juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kampus. Ia pernah meraih juara dua dalam ajang UMS Fun Run dan kerap bermain futsal bersama teman-teman fakultas.
“Itu membuat saya merasa lebih dekat dengan komunitas kampus,” kata Mohamed Saidi Jalloh dengan senyum lebar.
Tinggal di asrama internasional Pesantren Mahasiswa (Pesma) UMS, Saidi merasakan kenyamanan layaknya rumah sendiri. “Ada masjid dekat, laundry, dan kebutuhan sehari-hari mudah diakses. Itu sangat membantu kami yang jauh dari keluarga,” tuturnya.
Selain fasilitas, ia juga bersyukur mendapat beasiswa penuh Muhammadiyah yang memudahkannya mewujudkan mimpi kuliah di Indonesia. “Itu sesuatu yang luar biasa,” ucapnya penuh syukur.
Cerita Saidi hanyalah sepotong dari mozaik keberagaman di UMS. Tahun ini, kampus mencatat kehadiran mahasiswa internasional dari 38 negara, mulai Suriah, Pakistan, Korea Selatan, Thailand, Jepang, hingga Sierra Leone.
“Masta Batch II diikuti lebih dari 1.300 mahasiswa baru dari berbagai daerah dan negara. Ini menunjukkan positioning UMS di kancah global semakin kuat,” kata Rektor UMS, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum., dalam sambutannya.
Harun menegaskan, UMS adalah kampus inklusif yang membuka pintu bagi siapa saja tanpa membedakan agama, ras, atau suku bangsa. “UMS adalah kampus rahmatan lil alamin, kampus untuk semua,” tegasnya.
Sebagai bagian dari upaya internasionalisasi, UMS tengah menyiapkan program studi adaptif dan progresif, termasuk rencana pembukaan program doktor di bidang kedokteran, kesehatan, dan informatika. Langkah ini sejalan dengan visi UMS menjadi universitas kelas dunia.
Ketua Panitia Masta, Dr. Marisa Kurnianingsih, SH., MH., M.Kn., menambahkan, antusiasme masyarakat terlihat dari jumlah mahasiswa baru yang mencapai 8.580 orang tahun ini.
“Seluruh rangkaian Masta 2025 Batch II terdiri dari Masta Universitaria, Masta ke-IMM-an, dan Ekspo,” jelas Marisa Kurnianigsih .
Keberadaan mahasiswa seperti Saidi menjadi bukti nyata bahwa UMS bukan hanya rumah bagi putra-putri Indonesia, tetapi juga panggung global yang mempersatukan keberagaman dalam semangat kebersamaan. (red/adb)





 
											









 
										 
										 
										