Mahasiswi Universitas Ngurah Rai: Media Sosial Jadi Cermin Kepribadian Remaja di Era Digital

oleh -639 Dilihat
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Di tengah derasnya arus digitalisasi, media sosial kini bukan sekadar ruang komunikasi, tetapi telah menjelma menjadi panggung pembentukan kepribadian remaja modern.

Melalui interaksi daring, remaja belajar mengekspresikan diri, membangun citra pribadi, sekaligus menyerap nilai-nilai sosial yang membentuk karakter mereka.

banner 719x1003

Hal tersebut disampaikan Galuh Clara Natasya Putri Buchory, mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (Fishum) Universitas Ngurah Rai, saat dikonfirmasi suarasmr.news Denpasar, Selasa (14/10/2025).

“Media sosial menjadi ruang belajar yang sangat dinamis bagi remaja. Di sana mereka mengonstruksi citra diri, menyesuaikan perilaku dengan norma kelompok, dan mencari pengakuan sosial yang berpengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian,” ujarnya.

Menurut Clara, pendidikan karakter di era digital perlu beradaptasi dengan perubahan zaman. Strategi pembinaan moral tidak cukup hanya dilakukan di ruang kelas, tetapi juga harus hadir di ruang digital.

“Dalam hidup serba teknologi ini, penting untuk memperkuat literasi digital, etika berinternet, serta sinergi antara lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat agar remaja bisa mengikuti perkembangan tanpa kehilangan arah,” tegasnya.

Clara juga menyoroti fenomena fear of missing out (FOMO) dan kecenderungan membandingkan diri di media sosial sebagai contoh nyata bagaimana algoritma dan konstruksi sosial dunia maya dapat memengaruhi keseimbangan emosional remaja.

banner 484x341

“Pandangan publik di dunia maya bisa membentuk bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri. Identitas remaja saat ini banyak dipengaruhi oleh reaksi dan penilaian orang lain di ruang digital,” jelasnya.

Dari perspektif sosiologis, lanjut Clara, pembentukan kepribadian remaja di ranah digital merupakan hasil interaksi antara faktor individu, lingkungan sosial, dan sistem algoritmik yang mengatur arus informasi.

Ia menegaskan bahwa literasi digital kini menjadi kebutuhan esensial, bukan sekadar keterampilan tambahan.

“Pendidikan yang menanamkan kesadaran kritis, empati digital, dan tanggung jawab etis sangat penting agar remaja mampu mengelola identitasnya secara sehat dan seimbang,” pungkasnya. (red/niluh)

banner 336x280
Baca Juga :  Hati-Hati Sebar Screenshot Percakapan, Bisa Kena Denda Rp750 Juta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *