Maulid Nabi: Momentum Menyemai Islam Damai dan Menolak Radikalisme

oleh -655 Dilihat
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Aktivitas umat Islam di berbagai daerah Indonesia dalam beberapa hari terakhir tampak semarak. Mereka tengah memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang akrab disebut Maulid Nabi.

Sebagaimana diketahui, Maulid Nabi merupakan amalan khilafiyah ada perbedaan pandangan di kalangan ulama. Sebagian meyakini peringatan ini sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah, sementara yang lain menilai hal tersebut tidak dicontohkan Nabi.

banner 719x1003

Namun, terlepas dari perdebatan, momen Maulid sejatinya bisa menjadi ruang refleksi bagi umat Islam untuk meneladani ajaran Rasulullah secara utuh.

Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 107 menegaskan, “Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Artinya, Islam hadir bukan untuk menebar ketakutan, melainkan kasih sayang bukan hanya bagi umat Islam, tapi juga bagi seluruh manusia.

Sayangnya, wajah Islam kerap ternodai oleh sebagian kecil umat yang memilih jalur radikal, bahkan terjerumus dalam aksi teror. Padahal, Nabi Muhammad justru mencontohkan sikap santun terhadap pemeluk agama lain.

Sejarah mencatat, beliau melindungi umat Nasrani Najran, bahkan menyepakati perjanjian yang menjamin kebebasan beribadah mereka. Jika umat Islam membantu membangun gereja, maka itu disebut sumbangan, bukan utang.

banner 484x341

Pertanyaannya, mengapa masih ada segelintir pihak yang justru “usil” dengan rumah ibadah agama lain? Padahal, Al-Qur’an telah menegaskan bahwa keragaman iman adalah kehendak Allah. Dalam Surat Al-Maidah ayat 48, umat diminta untuk “berlomba-lomba dalam kebajikan,” bukan saling memaksa.

Momentum Maulid Nabi ini menjadi pengingat penting: Islam harus hadir dengan wajah ramah, bukan garang. Pilihan jalan radikal terbukti membawa mudharat bagi kehidupan bersama dan merusak citra Islam itu sendiri.

Dalam konteks keindonesiaan, Islam yang moderat dan humanis justru sejalan dengan jiwa bangsa yang cinta damai dan persatuan. Ibarat “cangkir bertemu tutupnya,” keduanya saling melengkapi.

Baca Juga :  Kardinal Robert Francis Prevost Terpilih Menjadi Paus Leo XIV

Karena itu, keluarga menjadi benteng utama untuk menjaga generasi muda dari paham radikal. Orang tua wajib mendampingi anak-anaknya, sementara guru di sekolah harus mengajarkan Islam yang benar-benar rahmatan lil ‘alamin.

Maulid Nabi bukan sekadar perayaan, melainkan momentum muhasabah: meneladani kelembutan Rasulullah dalam kehidupan pribadi, sosial, hingga bernegara. Dengan begitu, ajaran Islam yang sejati akan selalu hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam. (red/akha)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *