SUARASMR.NEWS – Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menorehkan langkah penting di kancah internasional dengan turut merumuskan dan mengesahkan KwaDukuza Ministerial Declaration Afrika Selatan, Kamis (30/10/2025).
Deklarasi ini menjadi tonggak kerja sama global dalam melawan perdagangan gelap benda budaya dan memperkuat komitmen dunia terhadap pelindungan warisan budaya.
“Deklarasi ini bertujuan menghentikan perdagangan gelap benda budaya, memperkuat penegakan hukum, sekaligus mendorong dialog terbuka mengenai pengembalian dan restitusi benda budaya kepada negara asalnya,” tegas Fadli dalam keterangan pers yang diterima suarasmr.news, Sabtu (1/11/2025).
Fadli menekankan bahwa transformasi digital dan kecerdasan buatan (AI) perlu dimanfaatkan secara etis dan transparan agar tidak mengancam hak moral dan hak cipta para seniman. Teknologi, katanya, justru harus menjadi alat pelindung, bukan perusak nilai-nilai budaya.
Ia juga menyoroti peran kebudayaan dalam menghadapi krisis iklim global. Menurutnya, kearifan lokal dan praktik tradisional harus diakui sebagai kekuatan yang mampu memperkuat pembangunan berkelanjutan dan solidaritas antarbangsa.
“Pemanfaatan teknologi digital penting untuk melacak asal-usul benda budaya. Kebijakan kebudayaan pun harus terintegrasi dengan strategi sosial-ekonomi agar budaya dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan yang inklusif,” tambah Fadli menegaskan.
Menariknya, dalam forum yang sama, Menteri Olahraga, Seni, dan Kebudayaan Afrika Selatan, Gayton McKenzie, mengumumkan rencana pembangunan Rumah Budaya Indonesia di Cape Town. Inisiatif ini disambut hangat oleh Menbud Fadli Zon sebagai simbol persahabatan kedua bangsa.
“Inisiatif ini merupakan bentuk penghormatan terhadap warisan besar ulama asal Sulawesi Selatan, Syekh Yusuf al-Makassari,” ujar Gayton.
Syekh Yusuf dikenal sebagai tokoh perjuangan anti-kolonial yang diasingkan ke Cape Town pada abad ke-17 karena pengaruh besarnya dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda, terutama usai perjuangannya di Banten.
“Syekh Yusuf bukan hanya pahlawan Indonesia, tapi juga simbol perlawanan terhadap kolonialisme yang memiliki makna mendalam bagi rakyat Afrika Selatan,” tambah Gayton.
Pembangunan Rumah Budaya Indonesia diharapkan menjadi jembatan pertukaran budaya dan sejarah, mempererat hubungan kedua negara, serta membuka peluang kolaborasi seni dan kebudayaan di masa depan. (red/ria)













