SUARASMR.NEWS — Pasca peristiwa G30S/PKI 1965, Indonesia tidak langsung tenang dari bayang-bayang Partai Komunis Indonesia (PKI).
Meski pimpinan pusatnya sudah dilumpuhkan, sejumlah simpatisan dan kader PKI masih bergerilya di pedesaan.
Yaitu terutama di kawasan pegunungan Blitar Selatan, Jawa Timur. Wilayah tersebut bahkan disebut sebagai basis pertahanan terakhir mereka.
Untuk menumpas sisa-sisa perlawanan itu, pemerintah melancarkan Operasi Trisula pada Juni 1968. Operasi militer ini dipimpin oleh TNI dan melibatkan ribuan pasukan yang diterjunkan guna menyisir hutan dan pegunungan, memburu gerilyawan PKI yang masih aktif melakukan perlawanan.
Dalam gelombang pertama operasi, sekitar 4.000 orang berhasil ditangkap. TNI juga menemukan sejumlah anggota Gerilya Desa serta Detasemen Gerilya PKI Gaya Baru yang bersembunyi di Blitar Selatan.
Beberapa tokoh penting, seperti Oloan Hutapea tewas dalam pertempuran di kawasan Gunung Asem, Panggungrejo, serta Soerachman yang terbunuh di hutan Desa Maron.
Operasi Trisula berlangsung selama dua bulan. Hasilnya, jaringan bawah tanah PKI di Blitar Selatan berhasil dilumpuhkan hampir sepenuhnya.
Pada 9 Agustus 1968, Panglima Kodam VIII Brawijaya, Mayjen M. Yasin, melaporkan bahwa pasukan TNI berhasil menangkap sekitar 850 orang, menyita 37 pucuk senjata api dan 4 granat.
Operasi ini menjadi salah satu catatan penting dalam sejarah militer Indonesia, sekaligus menandai berakhirnya kekuatan gerilya PKI di Jawa Timur.
Hingga kini, Operasi Trisula dikenang sebagai langkah strategis pemerintah dalam menuntaskan ancaman pasca tragedi G30S/PKI. (red/akha)












