Mengungkap Misteri Kelahiran Ken Angrok: Analisis Geografis dan Filologi

oleh -725 Dilihat
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Seorang ahli bidang epigrafi dan filologi bernama Suwardono memberikan penjelasan mendalam mengenai letak kelahiran Ken Angrok berdasarkan Serat Pararaton.

Dalam acara program Pesona Budaya RRI Pro 1 Malang, Suwardono mengatakan bahwa naskah kuno ini menyebutkan bahwa Ken Angrok lahir di Desa Pangkur, yang terletak di lereng timur Gunung Kawi.

banner 719x1003

“Bila dicermati konteks wilayah dan nama-nama dalam Pararaton, kuat dugaan Pangkur berada di sekitar Dusun Sempu, Semanding, atau Dermo di Kecamatan Dau,” jelas Suwardono pada Rabu (18/6/2025) malam.

“Sungai Metro-lah yang paling masuk akal sebagai batas alami antara Desa Pangkur dan Campara.” sambung Suwardono menegaskan.

Namun berbagai ahli memiliki pandangan berbeda mengenai lokasi Desa Pangkur. Menurut Drs. Pitono menempatkan desa tersebut di utara Sungai Brantas, wilayah Kepanjen–Blitar.

Sementara itu, Prof. Hasan Djafar berpendapat bahwa Pangkur berada di sekitar Karuman–Tlogomas hingga Sisir–Batu, karena lebih dekat dengan lereng timur Gunung Kawi.

Namun, Suwardono menyoroti Sungai Metro sebagai kunci dalam menentukan lokasi Desa Pangkur. Sungai ini mengalir dari barat ke timur, melewati daerah yang juga disebut dalam Pararaton seperti Ayuga (Dermo), Kapundungan (Landungsari), dan Karuman (Tlogomas).

banner 484x341

Menurut Suwardono, bila dicermati konteks wilayah dan nama-nama dalam Pararaton, kuat dugaan Pangkur berada di sekitar Dusun Sempu, Semanding, atau Dermo di Kecamatan Dau.

Dia juga menjelaskan bahwa “Sungai Metro-lah yang paling masuk akal sebagai batas alami antara Desa Pangkur dan Campara.”

Kajian ini membuka pandangan baru tentang sejarah lokal Malang, sekaligus menegaskan pentingnya pendekatan filologi dan geografis dalam menelusuri jejak masa lalu.

Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan tentang asal-usul Ken Angrok tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya memahami konteks geografis dan linguistik dalam studi sejarah. (red/ags)

banner 336x280
Baca Juga :  Yadnya Kasada di Bromo Menjaga Warisan Budaya, Simbol Keharmonisan dan Identitas Bangsa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *