Menyelamatkan Pariwisata Bali: Mengatasi Overourism dan Menjaga Keindahan Pulau Dewata

oleh -533 Dilihat
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Penunjukan Bali sebagai salah satu destinasi wisata yang tidak layak dikunjungi oleh panduan perjalanan situs Fodor’s merupakan alarm yang harus segera direspon. Khusus Bali, beberapa indikator dijadikan acuan munculnya rekomendasi itu, salah satunya, Pulau Dewata dinilai overtourism.

Bukan berarti Bali kehilangan pesonanya, namun beban pariwisata yang berlebihan telah menimbulkan masalah nyata seperti sampah plastik yang menumpuk di pantai hingga mencapai hampir 303.000 ton, dan kemacetan parah yang mengganggu aksesibilitas, khususnya menuju Bandara Ngurah Rai.

banner 719x1003

Kondisi ini mengancam citra Bali sebagai tujuan wisata utama dan berdampak negatif pada pengalaman wisatawan serta kesejahteraan masyarakat lokal. Masalah overtourism ini menuntut solusi konkret dan segera.

Seperti yang disampaikan oleh Ketua Komisi II DPRD Bali, Agung Bagus Pratiksa Linggih, dibutuhkan strategi jangka pendek dan panjang untuk mengatasi kemacetan. Salah satu usulan yang mengemuka adalah pembatasan sementara kendaraan non-Bali selama musim liburan.

Linggih mengusulkan, agar Gubernur mengeluarkan kebijakan penghentian sementara masuknya kendaraan non-DK ke Bali menjelang libur tahun baru. Langkah tersebut untuk menekan jumlah kendaraan di Bali selama periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

“Salah satu masalah utama Bali, kemacetan perlu ada solusi jangka pendek sambil menunggu solusi jangka panjang. Kalau sampai kemacetan total di tol Bali Mandara tahun lalu terulang, makin rusak citra kita,” kata Linggih, Kamis (21/11/2024).

Langkah ini, meskipun kontroversial, bertujuan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas dan memberikan ruang bagi perbaikan infrastruktur. Tantangan yang dihadapi Bali bukanlah akhir dari cerita. Justru, ini adalah momentum untuk melakukan perubahan.

banner 484x341

“Kebijakan ini paling tidak bisa mengurangi resiko kemacetan, membantu travel lokal bali untuk mendapatkan pasar dan menambah kenyamanan pengunjung,” jelas Linggih.

Dengan pengelolaan pariwisata yang lebih bijak dan berkelanjutan, Bali dapat kembali bersinar sebagai destinasi impian. Bali adalah aset berharga yang harus dijaga bersama.

Baca Juga :  Festival Topeng Internasional di Surakarta Menampilkan Keindahan Keberagaman Seni 

Hal ini membutuhkan kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha pariwisata, dan masyarakat lokal untuk menciptakan keseimbangan antara perkembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan serta budaya. (red/niluh)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *