SUARASMR.NEWS – Marah sering dipandang sebagai emosi negatif. Padahal, menurut Ni Luh Ernawati, Penyuluh Agama Hindu dari Kementerian Agama Kabupaten Badung, kemarahan adalah emosi alami yang memiliki fungsi penting dalam kehidupan manusia.
“Marah adalah emosi kuat yang muncul saat sesuatu tidak sesuai harapan. Bahkan para ahli psikologi modern menyebut, mengungkapkan kemarahan bisa membantu kesehatan mental,” kata Ernawati di Denpasar dikutip suarasmr.news, Kamis (28/8/2025).
Menurutnya, rasa marah dapat memobilisasi energi psikologis untuk melakukan tindakan korektif. Namun, jika tidak terkendali, amarah justru bisa berdampak buruk bagi kualitas hidup pribadi maupun sosial.
Ernawati menyinggung ajaran Hindu dalam kitab Sara Samuscaya 105 yang menyebut, orang yang dikuasai kemarahan dan nafsu angkara bisa terdorong melakukan perbuatan jahat, bahkan menghina orang suci atau melukai keluarga sendiri.
Dalam agama Hindu, dikenal dua konsep penting terkait pengendalian diri: Sad Atatayi dan Sad Ripu.
● Sad Atatayi merujuk pada enam perbuatan keji yang harus dijauhi, yakni: Agnida (membakar milik orang lain), Wisada (meracuni), Atharwa (menggunakan ilmu hitam), Sastragna (mencelakai orang lain), Dratikrama (memperkosa), dan Raja Pisuna (memfitnah).
● Sad Ripu adalah enam musuh dalam diri manusia yang harus dikendalikan: Kama (nafsu), Krodha (kemarahan), Lobha (keserakahan), Moha (kebingungan), Mada (kemabukan), dan Matsarya (iri hati).
“Kemarahan adalah salah satu dari Sad Ripu yang menyebabkan cuntaka (ketidaksucian). Ia sering lahir dari keinginan yang tidak terpenuhi, iri hati, atau rasa tidak senang melihat kebahagiaan orang lain. Jika tak dikendalikan, kemarahan bisa menjerumuskan pada tindakan tercela,” jelasnya.
Ernawati pun mengingatkan umat agar tidak menekan rasa marah, tetapi belajar mengendalikannya. Dengan begitu, kemarahan bisa berubah menjadi energi positif untuk introspeksi dan memperbaiki diri. (red/niluh)