Rentetan Kasus Keracunan Massal, Program Makan Bergizi Gratis Mulai Dipertanyakan

oleh -545 Dilihat
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang pemerintah untuk memperbaiki status gizi anak bangsa kini menghadapi sorotan tajam.

Alih-alih menyehatkan, dalam beberapa bulan terakhir ribuan pelajar justru menjadi korban keracunan massal yang diduga berasal dari makanan program tersebut.

banner 719x1003

Edward Dewaruci, akrab disapa Teted, selaku Dewan Pembina Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur sekaligus pendiri Surabaya Children Crisis Center, menegaskan bahwa tujuan mulia tidak boleh menjadikan anak-anak sebagai “kelinci percobaan.”

“Tujuan mulia dari MBG tidak serta-merta menjadikan anak bangsa objek dalam pelaksanaannya. Pemerintah juga tidak boleh mengabaikan hak anak lainnya dengan hanya fokus pada pemenuhan gizi semata,” ujar Teted di Surabaya, Selasa (30/9/2025).

Menurutnya, kepercayaan publik terhadap program prioritas ini mulai memudar usai berulangnya kasus keracunan. Ia menekankan perlunya desain besar (grand design) yang matang, mulai dari penargetan sasaran hingga kualitas pengawasan.

“Jangan sampai program ini muspro. Jika diberikan kepada mereka yang gizinya sudah tercukupi, makanan bisa saja terbuang. Padahal yang benar-benar membutuhkan adalah anak-anak dari keluarga kurang mampu,” imbuhnya.

Teted juga mendorong pemerintah melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan, mulai dari sekolah, orang tua, hingga komunitas masyarakat.

banner 484x341

Dengan pengawasan bersama, ia yakin program ini bisa kembali pada tujuan awal meningkatkan kualitas gizi anak bangsa tanpa menimbulkan risiko kesehatan.

“Jika ada kerja sama dari seluruh elemen masyarakat, program ini akan mampu mencapai tujuannya,” tegas Teted.

Data Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat, sepanjang Januari–September 2025 terdapat 5.914 korban keracunan MBG di 70 lokasi.

Kasus terbanyak terjadi di Pulau Jawa dengan 3.610 korban, disusul Sumatera 1.307 korban, serta Kalimantan, Sulawesi, Papua, NTB dan NTT sebanyak 997 korban.

Baca Juga :  Keunikan Berbuka Puasa di Pusat Hiburan Keluarga Solo Safari

Sementara itu, data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) bahkan mencatat angka lebih tinggi, yakni 6.452 siswa keracunan.

Dengan angka kejadian yang terus bertambah, publik kini menunggu langkah nyata pemerintah dalam membenahi sistem distribusinya.

Selain itu juga pengawasan, serta penentuan target penerima agar program Makan Bergizi Gratis benar-benar membawa manfaat, bukan malapetaka. (red/akha)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *