Oleh: Adib Nawiri
SUARASMR.NEWS – Tahun 2013 menjadi tahun terberat dalam sebuah perjalanan hidup saya. Kehancuran ekonomi dan luka batin membuat saya merasa terpuruk. Segala usaha terasa sia-sia, dan saya mulai meragukan segalanya.
Namun, di tengah keputusasaan itu, kalimat “La hawla wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adhim” terngiang dalam hati. Kalimat ini bukan sekadar ungkapan, melainkan sebuah penyerahan diri yang mendalam kepada Allah SWT.
Makna kalimat tersebut sungguh dalam: Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Segala yang terjadi, baik maupun buruk, adalah takdir-Nya. Pemahaman ini membersihkan hati saya dari kesombongan dan rasa superioritas. Saya menyadari bahwa segala yang saya miliki hanyalah titipan-Nya.
Allah SWT selalu dekat, lebih dekat daripada urat leher kita. Adalah Guru Sejati yang mengajarkan melalui setiap peristiwa hidup. Meskipun tanpa suara, kehadiran-Nya terasa nyata. Dengan penyerahan diri sepenuhnya, petunjuk-Nya hadir melalui hati yang lurus dan jiwa yang suci.
“Mengajarkan kepada kita melalui setiap peristiwa, tanpa suara, namun dengan kehadiran-Nya yang tak terhingga. Ketika kita berserah sepenuhnya kepada-Nya, kita merasakan bahwa Dia selalu ada, memberi petunjuk melalui hati yang lurus dan jiwa yang suci”
Amal ibadah memang penting, namun ibadah yang hakiki lahir dari kesadaran “La hawla wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adhim”. Ibadah sejati adalah pengakuan akan ketidakberdayaan kita tanpa pertolongan Allah.
Dengan kesadaran ini, ibadah menjadi perjalanan menuju kebersihan jiwa. Ego dan ke-aku-an harus disingkirkan. Tidak ada seorang pun yang mampu mengangkat segala kesulitan melebihi Allah SWT.
Kehidupan saya yang dulu penuh kesulitan kini berubah. Allah SWT mengganti “rumah” yang hilang dengan yang lebih baik. Anak-anak saya yang dulu merasa terombang-ambing kini hidup dalam kasih sayang-Nya.
Tanpa kerja keras yang berlebihan, Allah SWT mencukupi kebutuhan keluarga saya. Semua ini adalah bukti nyata kebesaran dan kasih sayang Allah SWT.
Pengalaman ini mengajarkan saya arti sesungguhnya dari penyerahan diri dan kekuatan iman yang mampu mengubah hidup.
Ketenangan dan kedamaian batin menjadi hadiah terindah yang tak ternilai harganya disisa usia saya. Maka selalu lah untuk senantiasa meminta bantuan dari Nya dan selalu-lah bersandar kepada Nya. (red/adib)