SIPA 2025 Resmi Ditutup, Pamedan Mangkunegaran Jadi Panggung Perayaan Lintas Budaya

oleh -201 Dilihat
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Solo International Performing Arts (SIPA) 2025 resmi menutup rangkaian festival tiga hari dengan meriah di Pamedan Pura Mangkunegaran, Sabtu (6/9/2025). Penutupan berlangsung megah dengan ribuan penonton yang sejak hari pertama setia mengikuti perhelatan seni bertaraf internasional ini.

Tak hanya masyarakat umum, acara pamungkas juga dihadiri para finalis ajang duta daerah, mulai dari Putra Putri Solo 2025, Mas Mbak Sukoharjo 2025, Putra Putri Lawu 2025, hingga Putra Putri Jawa Tengah 2025 serta Putra Putri Pelajar Indonesia.

banner 719x1003

Malam terakhir menghadirkan enam penampilan istimewa dari seniman dalam dan luar negeri. Mereka tampil dengan karya-karya yang menegaskan semangat kolaborasi lintas budaya.

Festival dibuka oleh Samohung asal Trenggalek dengan karya “The Human Boar”, tari kontemporer yang mengisahkan keretakan hubungan manusia dengan alam.

Suasana kemudian bergeser penuh keanggunan lewat penampilan Langenpraja Mangkunegaran dengan “Taman Soka”, fragmen kisah Rama dan Sinta yang syarat makna.

Dari Korea Selatan, Dongbaek Circus mengguncang panggung lewat proyek musik lintas genre “Dongbaek Carnival” yang memadukan maestro klasik dengan musik tradisional Gugak.

Penampilan memikat juga disuguhkan Colectivo Glovo asal Spanyol lewat karya “Alleo”, yang mengulik makna menara pengawas melalui gerak puitis dua penarinya.

banner 484x341

Masih dari Korea Selatan, POD Dance Project tampil berbeda dengan “How’s Open”, menjadikan proses teknis panggung sebagai tontonan artistik. Puncaknya, Duo Etnicholic asal Malang menghadirkan “Cahaya Abadi Leluhur”, sebuah perayaan warisan budaya Nusantara yang hidup dalam tarian, ritual, dan musik.

Simbol penutupan ditandai dengan pemukulan kenong oleh Basuki Teguh Yuwono, Staf Khusus Menteri Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya; Prof. Dr. Bambang Sunarto, Wakil Rektor ISI Surakarta; serta Dr. Dra. R.Ay. Irawati Kusumorasri, Direktur SIPA 2025.

 

Baca Juga :  Ribuan Pelajar Pecahkan Rekor MURI, Makan Telur dan Daging Ayam di Car Free Day Solo

Dalam sambutannya, Basuki menegaskan bahwa SIPA bukan sekadar festival seni, tetapi juga ruang kolaborasi budaya yang mampu menjembatani generasi.

“SIPA adalah ruang pertemuan kebudayaan asing dan dalam negeri. Festival ini menjadi hiburan yang bisa dinikmati semua kalangan, khususnya generasi Z,” ujarnya.

Penutupan semakin semarak saat Duo Etnicholic tampil diiringi letupan kembang api yang menghiasi langit Solo. Suasana penuh euforia ini menandai berakhirnya perayaan seni tiga hari berturut-turut di jantung Pamedan Pura Mangkunegaran.

Selain meninggalkan kesan mendalam bagi penonton, SIPA 2025 juga membawa dampak positif bagi kota Solo, mulai dari meningkatnya kunjungan wisata hingga menggeliatnya sektor ekonomi kreatif.

Festival internasional ini pun kembali membuktikan Solo sebagai rumah besar pertukaran budaya dunia. (red/chan)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *