SUARASMR.NEWS – Pada hari Ahad, 15 Juni 2025, ratusan warga Malang memadati Mopic Cinemas Suhat Malang. Mereka berkumpul untuk mengikuti acara nonton bareng (nobar) film “Hayya 3 GAZA.”
Sebuah momentum penting yang diselenggarakan oleh Rumah Inspirasi Keluarga. Acara ini bukan sekadar hiburan, melainkan sebuah ajang untuk menunjukkan kepedulian dan solidaritas masyarakat Malang terhadap rakyat Palestina.
Film “Hayya 3 GAZA” berhasil menyentuh hati para penonton, membuka mata tentang penderitaan luar biasa yang dialami rakyat Palestina di bawah rezim pendudukan ilegal Israel.
“Film ini menyoroti penjajahan brutal dan upaya genosida masyarakat sipil yang kejam, di luar batas kemanusiaan.”
Sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 51 ribu rakyat Palestina telah tewas, mayoritas adalah anak-anak, wanita, dan orang tua. Nobar ini menjadi bentuk protes dan kecaman keras terhadap tindakan tersebut.
Melalui acara ini, diharapkan semangat solidaritas dapat dibawa ke tingkat global, menanamkan kepedulian sosial, dan menumbuhkan rasa kemanusiaan terhadap sesama saudara Muslim yang mengalami ketidakadilan.
Film “Hayya 3 Gaza” secara efektif menggambarkan betapa luar biasanya penderitaan rakyat Palestina di bawah rezim pend ilegal Israel.
Acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu Palestina.
Ada pembagian door prize berbagai atribut Palestina, sesi foto bersama, doa untuk Palestina, pembacaan puisi Palestina, orasi Palestina, dan theatrical Palestina oleh Student of Justice Palestine Universitas Brawijaya Malang.
Semua kegiatan ini menjadi bagian integral dari upaya kolektif untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Acara ini diharapkan dapat menjadi langkah konsisten dan berkelanjutan bagi masyarakat Malang untuk terus menunjukkan solidaritas, kepedulian, dan komitmen pembelaan terhadap rakyat Palestina.
Selain itu juga diharapkan dapat menjadi bagian dari gerakan global untuk membela hak-hak rakyat Palestina dan mendukung terwujudnya Palestina merdeka.
Diketahui, Rumah produksi Warna Pictures melahirkan karya baru berjudul GAZA Hayya 3, lanjutan dari film Hayya dan Hayya 2.
Sutradara film GAZA Hayya 3, Jastis Arimba mengatakan, film ini adalah film keluarga dengan latar belakang tragedi di Palestina pada 7 Oktober 2023.
“Rasanya ketika tragedi 7 Oktober terjadi kami merasa perlu membuat film lanjutan. Selain menghibur dan mewarnai industri film, tapi harapan kami bisa memberi arti dan jadi bagian untuk mengingatkan dan terus menyuarakan kepedulian dan kemerdekaan Palestina,” kata Jastis.
Produser Asma Nadia mengatakan, film GAZA Hayya 3 diharapkan bisa ditonton semua kalangan. Dengan begitu, film ini bisa menjadi edukasi bagi yang menontonnya. “Ini film keluarga dan bisa dinikmati semua kalangan.
Ini adalah kesempatan kalau selama ini anak-anak kita belum tahu, seburuk apa yang terjadi di Gaza. Kalau yang selama ini bilang peperangan, kalau yang selama ini bilang konflik, padahal pembantaian,” ucap Asma Nadia.
Proses produksi GAZA Hayya 3 akan berlangsung selama dua minggu.. Film ini juga dibintangi deretan aktor ternama Tanah Air.
Berikut pemain film GAZA Hayya 3: • Cuts Syifa sebagai Shafira • Amna Shahab sebagai Hayya • Azamy Syauqi sebagai Gaza • Arafah Rianti sebagai Yuyun • Oki Setiana Dewi sebagai ustazah Dewi, juga Mario Irwinsyah • Adhin Abdul Hakim sebagai Adhin.
Aryani Fitria sebagai Rusmi • Husein Alatas • Anyun Cadel • Andy Boim • Fauzi Baadila sebagai Rahmat • Dony Michael sebagai Firman, Ayah Gaza. Meyda Safira • Keyla Arcelia sebagai Febri • Ridwan roul • Erick Yusuf • Asma Nadia • Andy Biru Laut.
Sinopsis GAZA Hayya 3 Film GAZA Hayya 3 mengisahkan tentang seorang anak yatim piatu bernama Abdullah Gaza (8 tahun).
Ayah Gaza adalah seorang relawan kemanusiaan yang meninggal dunia sekembalinya dari Palestina. Sejak kematian ayahnya, Gaza dititipkan dirumah panti yang dikelola Ustazah Dewi (35) dan Rafa Shafira (25).
Di sana Gaza bertemu dengan Hayya (13) gadis kecil asal Palestina yang telah empat tahun tinggal dan berusaha mencari kedamaian di negeri ini.
Genosida di Palestina membuat Hayya urung dipulangkan ke tanah kelahirannya. Di rumah panti, lambat laun hubungan Gaza dan Hayya pun menjadi dekat.
Bagi Hayya kehadiran Gaza layaknya pengobat rindu, mengingat namanya mirip dengan tanah kelahirannya. Kehidupan mereka pun kembali ceria, saling mengisi satu sama lain, hingga suatu peristiwa buruk, kembali mengintai, dan mengancam nyawa mereka. (red/ags)