Ustaz Muhaemin Mardi Ingatkan Pentingnya Toleransi, Dewasa Bersikap di Tengah Keberagaman Indonesia

oleh
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Di tengah derasnya arus perbedaan yang mewarnai kehidupan bangsa, makna toleransi kembali ditegaskan sebagai fondasi yang tidak boleh retak.

Indonesia, negeri dengan ribuan pulau, ratusan bahasa, dan beragam adat serta keyakinan, hanya bisa berdiri kokoh jika warganya mampu merawat sikap tasamu toleransi yang tulus dan dewasa.

banner 719x1003

Pesan ini mengemuka dalam Dialog Tanjung Perak Pagi Pro 4 RRI Surabaya, dikutip suarasmr.news, Sabtu (22/11/2025), ketika Ustaz H. Muhaemin Mardi mengingatkan bahwa perbedaan bukan sekadar ada, tetapi merupakan warna yang membentuk Indonesia menjadi bangsa besar.

“Jangankan berbeda dengan bangsa lain, dalam rumah tangga pun pasti ada perbedaan. Maka sikap terbaik yang harus dimiliki adalah toleransi,” ujarnya.

Ustaz Muhaemin menekankan bahwa keragaman di Indonesia jauh lebih kompleks dibanding banyak negara lain. Perbedaan bahasa, warna kulit, hingga selera makan sering memicu salah paham kecil namun justru itulah bukti betapa berwarnanya Indonesia.

Ia mencontohkan pengalaman pribadi sebagai orang Jawa Barat yang menikah dengan orang Jawa Timur. “Kadang hanya soal istilah makanan atau cara menyajikan teh saja sudah beda. Tapi di situlah indahnya keberagaman,” katanya sambil tersenyum.

Menurutnya, keberagaman hanya bisa dirawat jika masyarakat memiliki kedewasaan dalam bersikap memahami mana perbedaan yang perlu disyukuri dan mana yang harus dijaga batasannya.

banner 484x341

Dalam konteks kehidupan beragama, Ustaz Muhaemin memberi penegasan penting: toleransi tidak berarti menyamakan atau mencampuradukkan akidah.

Untuk urusan sosial kerja bakti, gotong royong, tolong-menolong semua umat beragama dapat berbaur. Namun ketika memasuki ranah ibadah, batasan harus jelas. “Prinsipnya lakum dinukum waliyadin: bagimu agamamu, bagiku agamaku. Justru kalau dicampur, keduanya tidak nyaman,” ujarnya.

Pemisahan ranah ini, tegasnya, bukan untuk membangun jarak, melainkan menjaga kenyamanan dan keharmonisan bersama.

Baca Juga :  Menghadapi Ancaman Sampah Digital,  Pendekatan Bersama untuk Membentuk Pemikiran Positif

Ustaz Muhaemin juga mengingatkan ancaman gesekan sosial di era media digital. Media sosial, katanya, bisa menjadi ladang kebaikan, tetapi juga medan konflik jika masyarakat tidak mampu mengendalikan diri.

“Jari yang mengetik bisa lebih tajam dari lisan. Berpikirlah sebelum menulis, karena yang membaca bukan satu dua orang,” ujarnya.

Ia menekankan agar setiap orang menyampaikan pendapat sesuai kapasitas, tidak merasa ahli dalam segala hal, serta menjauhi perdebatan yang tidak didasari ilmu.

Pesan Ustaz Muhaemin menjadi pengingat bahwa toleransi bukan sekadar slogan, melainkan keterampilan hidup yang harus diasah setiap hari.

Di tengah derasnya arus informasi dan perbedaan, kedewasaan bersikap adalah kunci merawat Indonesia agar tetap damai, rukun, dan penuh warna. (red/akha)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *