SUARA MEDIA RAJAWALI – Trubus Rahadiansyah, seorang akademisi kebijakan publik dari Universitas Trisakti, menilai bahwa bandara di Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur belum layak untuk difungsikan sebagai bandara komersial.
Hal ini dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya akses masyarakat terhadap bandara tersebut.
“Masyarakatnya belum banyak di sekitaran situ, jadi pengguna masih sedikit. Saya menduga bandara itu baru bisa untuk komersial di 2045. Itu pun kalau diseriusin,” ujar Trubus.
Selain itu, Trubus juga menyoroti posisi bandara IKN yang berada di antara Bandara Sepinggan Balikpapan dan Bandara APT Pranoto Samarinda. Menurutnya, hal ini akan membuat bandara IKN sulit bersaing dengan kedua bandara tersebut.
“Satu bandara itu bisa aktif komersial dibutuhkan dukungan publik, kaitannya dengan kesadaran ekonominya. Kalau ekonomi sulit, bagaimana mau menggunakan bandara,” tambah Trubus.
Oleh karena itu, Trubus mendorong pemerintah untuk lebih fokus pada pengembangan Bandara Samarinda dan Balikpapan. Ia menyarankan agar kedua bandara tersebut diperluas dan fasilitasnya ditingkatkan.
“Dua bandara itu bisa diperluas atau fasilitasnya ditingkatkan. Sementara bandara IKN ini jangan difungsikan dulu, supaya tak menimbulkan konflik kepentingan dengan dua bandara itu,” ujar Trubus.
Dengan kondisi seperti itu, ia menambahkan, bandara di IKN yang posisinya di antara Bandara Sepinggan Balikpapan dan Bandara APT Pranoto Samarinda juga sulit bersaing.
“Satu bandara itu bisa aktif komersial dibutuhkan dukungan publik, kaitannya dengan kesadaran ekonominya. Kalau ekonomi sulit, bagaimana mau menggunakan bandara.”
Oleh sebab itu, ia mendorong agar pemerintah lebih mendorong bandara yang sudah ada terlebih dahulu di Samarinda dan Balikpapa, ketimbang bandara IKN.
“Dua bandara itu bisa diperluas atau fasilitasnya ditingkatkan. Sementara bandara IKN ini jangan difungsikan dulu, supaya tak menimbulkan konflik kepentingan dengan dua bandara itu,” ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengharapkan bandara di IKN, Kalimantan Timur bisa digunakan untuk penerbangan komersial.
“Kami harapkan untuk masyarakat umum,” ujarnya kepada awak media usai peresmian injeksi Bauksit Perdana SGAR PT Borneo Alumina Indonesia, Mempawah, Kalimantan Barat, pada Selasa, 24 September 2024 lalu.
Sementara Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut timnya melakukan uji pendaratan atau landing test terakhir di Bandara IKN pada Jumat (20/9/2024). Uji itu dilakukan menggunakan pesawat yang memiliki kapasitas kualifikasi sama dengan pesawat kepresidenan.
Bandara VVIP IKN memiliki dimensi landasan pacu 2.200 x 30 meter, dengan dimensi shoulder 7.5 meter dan dimensi taxi way 153 meter x 23 meter. Awalnya bandar ini diniatkan untuk tamu VVIP HUT RI ke-79 di IKN.
Pernyataan Trubus ini menunjukkan pentingnya perencanaan yang matang dalam pembangunan infrastruktur, khususnya di bidang transportasi.
Selain aspek teknis, faktor sosial dan ekonomi juga harus dipertimbangkan agar infrastruktur yang dibangun dapat bermanfaat bagi masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi. (akha)