SUARASMR.NEWS – Alunan gamelan berpadu dengan gerak gemulai para penari topeng menghidupkan suasana malam di kawasan wisata Boon Pring, Desa Wisata Sanankerto, Turen, pada 8–9 November 2025.
Gelaran Gebyak Wayang Topeng Malang 2025 menjadi saksi kebangkitan seni topeng Malangan yang kian menegaskan identitas budaya lokal di tengah geliat ekonomi kreatif.
Acara megah ini menjadi bagian dari Festival Ekonomi Kreatif (Ekraf) Kabupaten Malang yang digelar bersamaan dengan Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) 2025.
Tahun ini, Malang Raya meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu didapuk sebagai tuan rumah, menghadirkan ragam inovasi, kolaborasi, dan pesona budaya khas daerah.
Di antara beragam agenda kreatif yang berlangsung, Gebyak Wayang Topeng Malang menjadi magnet utama. Sepuluh sanggar dari tiga wilayah Malang Raya tampil memukau dengan kisah-kisah klasik Panji yang menjadi ruh seni topeng Malangan.
Salah satu penampilan paling mencuri perhatian datang dari Sanggar Topeng Galuh Condro Kirono asal Desa Jambuwer, Kecamatan Kromengan, dengan lakon legendaris “Kayu Ampyun”. Gerak lembut namun tegas para penari berpadu dengan iringan gamelan yang syahdu, menggugah decak kagum ratusan penonton.
Selama dua hari penuh, panggung Boon Pring menjadi arena persembahan budaya dari sepuluh sanggar terbaik Malang Raya. Pada hari pertama, tampil lima kelompok yang membawakan kisah-kisah Panji nan melegenda:
- Sanggar Madyo Utomo (Pijiombo, Wonosari) pimpinan Riyoko – “Sekartaji Boyong”
- Wayang Topeng Dharmo Langgeng (Gunungjati, Jabung) – “Panji Wisuda”
- Wayang Topeng Sailendra (Kranggan, Ngajum) pimpinan Dasiyo – “Sinta Murca”
- Sanggar Bayu Candra Kirana (Senggreng, Sumberpucung) pimpinan Hadi Siswanto – “Klono Percuno”
- Sanggar Condro Kirono (Jambuwer, Kromengan) pimpinan Sumarsono – “Kayu Ampyun”
Sementara hari kedua tidak kalah semarak dengan lima pementasan lain yang memukau penonton:
- Padepokan Asmoro Bangun Kedungmonggo (Pakisaji) – “Ronggeng Roro Tangis”
- Sanggar Madyo Laras (Jatiguwi, Sumberpucung) – “Lembu Gumarang”
- Sanggar Ngesti Pandowo (Lowokpermanu, Pakisaji) – “Petruk Sugih”
- Sanggar Mantraloka (Kemantren, Jabung) – “Menak”
- Padepokan Mangun Dharma (Tulus Besar, Tumpang) – “Asal-Usule Pring”
Melalui festival ini, Pemerintah Kabupaten Malang berupaya menghidupkan kembali seni tradisi yang nyaris tergerus zaman, sekaligus membuka ruang bagi pelaku seni lokal untuk berjejaring dengan sektor ekonomi kreatif lainnya.
“Wayang Topeng Malang bukan sekadar tontonan, tapi juga tuntunan. Di balik topeng ada filosofi kehidupan, ada nilai kesetiaan dan perjuangan,” ujar salah satu seniman senior yang turut tampil dalam acara tersebut.
Dengan semangat kolaborasi antara seniman, pelaku ekonomi kreatif, dan pemerintah daerah, Gebyak Wayang Topeng Malang 2025 menjadi bukti bahwa budaya lokal bisa menjadi kekuatan besar untuk membangun masa depan kreatif Malang Raya. (red/arf)













