SUARASMR.NEWS – Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden ke-6 Republik Indonesia, menyampaikan optimismenya terhadap keberlangsungan demokrasi Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Pernyataan ini disampaikan dalam acara bedah buku di Tokyo, Jepang, di tengah kekhawatiran global akan kemunduran demokrasi di berbagai negara.
“Banyak pertanyaan, saat ini di seluruh dunia ada kemunduran demokrasi. Set back, regression of democracy around the globe,” kata SBY dalam keterangan tertulis yang diterima suarasmr.news, Senin (10/3/2025).
SBY menekankan bahwa meskipun banyak negara besar yang mengklaim sebagai pendukung demokrasi mengalami kemunduran, Indonesia memiliki potensi untuk tetap menjaga nilai-nilai demokrasi.
Ia mengajak semua pihak untuk aktif menjaga dan memperjuangkan demokrasi, melawan segala hal yang merusak konstitusi dan sistem checks and balances.
Sebagai mantan presiden, SBY menyatakan komitmennya untuk mendukung pemerintahan Presiden Prabowo, berperan sebagai bagian dari solusi dan kemajuan bangsa.
Ia juga mengungkapkan adanya komunikasi yang terjalin dengan Presiden Prabowo dalam menghadapi tantangan-tantangan terkini.
“Saya sudah sampaikan kepada Presiden Prabowo beberapa saat yang lalu pentingnya meningkatkan komunikasi yang genuine antara istana dengan mereka yang menyampaikan kritiknya, dan Pak Prabowo mengatakan, ‘Kami terus meningkatkan kualitas komunikasi’,” jelasnya.
Presiden ke-6 RI ini optimis terhadap masa depan Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo. “Saya yakin pemerintah ini bisa, Presiden Prabowo bisa. Masih ada resources yang dimiliki, political resources and economic resources to overcome the situation,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu editor buku tersebut Wahyu Prasetiawan menjelaskan bahwa mengapa judul “Standing Firm for Indonesia’s Democracy” dipilih.
“Yang paling menonjol adalah bagaimana SBY menjaga demokrasi di Indonesia. Sebagai presiden dengan kekuasaan yang begitu tinggi, sebetulnya Pak SBY bisa melakukan hal sebaliknya, tapi itu tidak dilakukan,” ujar Wahyu.
Dalam acara tersebut, SBY juga berbagi pengalaman pribadinya sejak masa muda sebagai prajurit TNI yang telah menghargai kebebasan berekspresi.
“Waktu saya masih sangat muda, we love democracy. Kalau yang disampaikan mahasiswa itu ekspresi dari freedom of speech, mengapa kita menjadi gusar? My thesis sejak itu: freedom of speech apabila digunakan secara tepat, itu hak, we have to respect it,” tambahnya.
Ditempat yang sama Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Heri Ahmadi, dalam sambutannya menyoroti tema buku yang sangat relevan tersebut.
“SBY adalah presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia dan juga setelah memasuki program reformasi, sehingga konsolidasi demokrasi pada waktu itu sangat penting, timely pada saat sekarang ini,” kata Heri.
Buku “Standing Firm for Indonesia’s Democracy” merupakan oral history yaitu hasil wawancara mendalam Presiden ke-6 RI SBY dengan para akademisi Jepang, yang menggali pengalaman dan pemikirannya selama memimpin Indonesia di masa transisi demokrasi.
Sikap SBY ini mencerminkan semangat kebersamaan dan optimisme untuk masa depan demokrasi Indonesia, sebuah pesan yang penting bagi generasi muda untuk turut serta menjaga nilai-nilai demokrasi yang telah susah payah dibangun.
Hal ini menunjukkan pentingnya kepemimpinan yang bijak dan dukungan dari semua pihak untuk menjaga stabilitas dan kemajuan bangsa. (red/ria)