SUARA MEDIARAJAWALI – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali mengutamakan upaya 4K dalam rangka mengantisipasi risiko peningkatan inflasi periode Oktober hingga tutup tahun 2024.
Kebijakan 4K ini meliputi keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, mengajak seluruh kabupaten/kota di Bali untuk memperkuat langkah pengendalian inflasi secara konsisten dan memperkuat inovasi serta sinergisitas.
Menurutnya, konsistensi seluruh tim pengendalian inflasi daerah (TPID) di Bali dalam pengendalian inflasi diwujudkan melalui kebijakan 4K tersebut.
Pertama, memastikan keterjangkauan harga melalui operasi pasar dan pasar murah serta Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten) di lahan milik Pemerintah Provinsi Bali.
Kedua, memastikan ketersediaan pasokan dengan memperkuat pemantauan stok.
Ketiga, menjamin kelancaran distribusi dengan memperluas cadangan pangan pemerintah melalui mitra distributor, toko pangan kita, dan pengecer.
Selain itu, optimalisasi bantuan transportasi untuk mendorong kelancaran distribusi pangan dan peningkatan sarana dan prasarana produksi pangan.
Keempat, memperkuat komunikasi publik melalui penyebarluasan informasi pelaksanaan pasar murah kepada masyarakat diiringi imbauan belanja bijak.
Melalui langkah-langkah tersebut, BI Provinsi Bali meyakini inflasi di Bali pada 2024 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5 persen, plus minus satu persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, inflasi pada September 2024 di Pulau Dewata dipicu permintaan untuk memenuhi kebutuhan Hari Raya Galungan yang jatuh pada 24-26 September 2024.
Secara bulanan, Bali mengalami inflasi sebesar 0,13 persen, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi sebesar 0,10 persen.
Sedangkan, secara tahunan, inflasi Provinsi Bali meningkat dari 2,32 persen menjadi 2,67 persen, yang juga lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga canang sari, daging babi, pisang, bawang merah, dan sigaret kretek mesin (SKM).Kenaikan harga canang sari, daging babi, dan pisang didorong meningkatnya permintaan untuk Hari Raya Galungan.
Sementara itu, kenaikan bawang merah sejalan dengan menurunnya panen di Bali maupun NTB.Lebih lanjut, kenaikan harga SKM dilakukan oleh produsen secara bertahap setiap bulan pasca kenaikan cukai rokok pada awal 2024.
Sedangkan, memasuki Oktober 2024, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai, seperti potensi kenaikan harga menjelang Hari Raya Kuningan yang jatuh pada 5 Oktober 2024.
Meski demikian, beberapa faktor diprakirakan dapat mendukung terkendalinya inflasi yakni penurunan harga cabai seiring dengan berlanjutnya masa panen.
Juga penurunan kembali harga BBM nonsubsidi hingga dimulainya panen gadu komoditas padi, dan beroperasinya penggilingan padi modern di Kabupaten Badung setelah diresmikan pada Agustus 2024.
Melalui upaya 4K ini, Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali berharap dapat mengatasi risiko peningkatan inflasi dan menjaga stabilitas harga di Pulau Dewata. (red/niluh)