Menilik Perjalanan Marsinah Pahlawan Nasional, Simbol Keberanian dan Suara Kaum Buruh yang Tertindas

oleh -527 Dilihat
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Dalam suasana khidmat peringatan Hari Pahlawan di Istana Negara, Senin (10/11/2025), Presiden Prabowo Subianto secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sosok legendaris perjuangan buruh, Marsinah.

Penetapan ini menjadi bentuk pengakuan negara atas pengorbanan seorang perempuan muda yang berani menegakkan keadilan bagi para pekerja.

banner 719x1003

Marsinah dikenal sebagai simbol keberanian dan suara kaum buruh yang tertindas. Ia lahir pada 10 April 1969 di Desa Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur, dari pasangan sederhana, Sumini dan Aastin.

Sejak kecil, Marsinah sudah terbiasa bekerja keras membantu neneknya menjual jajanan demi menambah penghasilan demi kelangsungan hidup keluarga.

Setelah lulus sekolah, Marsinah bekerja di pabrik jam tangan PT Catur Putra Surya (CPS) di Porong, Sidoarjo, sekitar tahun 1990. Di sanalah jiwa kepemimpinannya tumbuh pada saat rezim Soeharto berkuasa.

Marsinah menjadi juru bicara para buruh, memperjuangkan kenaikan upah dan penghormatan terhadap hak pekerja, di masa ketika suara buruh kerap dibungkam oleh kekuasaan.

Puncak perjuangan Marsinah terjadi pada awal Mei 1993, ketika ia bersama ratusan rekan buruh menggelar aksi mogok menuntut kenaikan upah pokok demi kesejahteraan kaum buruh.

banner 484x341

Aksi itu dipicu oleh Surat Edaran Gubernur Jatim Nomor 50 Tahun 1992, yang sebenarnya membuka peluang bagi buruh untuk mendapatkan kenaikan upah lebih cepat. Namun, perjuangan itu berujung tragis.

Pada 5 Mei 1993, Marsinah dilaporkan hilang setelah mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan nasib rekan-rekannya yang dipanggil aparat.

Empat hari kemudian, jasadnya ditemukan di hutan Wilangan, Nganjuk, dalam kondisi mengenaskan. Publik pun gempar Marsinah menjadi korban kekerasan dan pembungkaman terhadap suara keadilan.

Kasusnya mengguncang nurani bangsa. Meski beberapa petinggi pabrik sempat diperiksa, hingga kini tidak ada pelaku utama yang benar-benar diadili secara tuntas. Tragedi Marsinah lalu menjelma menjadi simbol perjuangan hak asasi manusia dan hak buruh di Indonesia.

Baca Juga :  Mushala Ponpes Al Khoziny Buduran Ambruk Saat Shalat Ashar, 79 Santri Jadi Korban Satu Meninggal Dunia 

Puluhan tahun lamanya, nama Marsinah hidup dalam nyala lilin setiap peringatan Hari Buruh (1 Mei). Dari pabrik-pabrik di Surabaya hingga kampus-kampus di Jakarta, dari panggung aktivis hingga ruang-ruang kelas, kisahnya terus diceritakan sebagai api semangat keadilan sosial.

Kini, setelah lebih dari tiga dekade, penganugerahan gelar Pahlawan Nasional ini menjadi bentuk penghormatan negara atas keberanian seorang perempuan yang memilih berdiri tegak, meski harus menghadapi maut.

“Perjuangan Marsinah adalah cermin keberanian rakyat kecil melawan ketidakadilan. “Semoga semangatnya terus hidup dalam jiwa bangsa ini,” ujar Presiden Prabowo dalam sambutannya.

Dengan pengakuan ini, nama Marsinah resmi tercatat sejajar dengan para pahlawan bangsa mereka yang berjuang bukan demi kekuasaan, melainkan demi martabat manusia dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (red/akha)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *