SUARASMR.NEWS – Di tengah arus modernisasi yang kian deras, Kabupaten Sidoarjo tetap teguh menjaga warisan budaya leluhurnya. Perayaan Hari Jadi Kabupaten Sidoarjo ke-166 menjadi momentum penting untuk melestarikan tradisi, salah satunya melalui pagelaran wayang kulit.
Acara ini bukan sekadar hiburan, melainkan sebuah wadah untuk mentransfer nilai moral dan budaya kepada generasi muda. Pelaksana Tugas (Plt.) Bupati Sidoarjo, Subandi, dengan lantang menyatakan bahwa wayang kulit merupakan aset budaya nasional yang harus diwariskan.
“Wayang kulit bukan sekadar hiburan, tetapi media pembelajaran nilai moral dan budaya,” tegas Subandi pada Minggu (26/1/2025) malam.
Ia juga menekankan bahwa cerita Semar dalam pewayangan mengajarkan kebijaksanaan dan spiritualitas yang relevan dengan kehidupan modern.
“Tokoh Semar yang dipentaskan malam ini adalah simbol kebapakan, kebijaksanaan, dan pengayoman. Ini adalah teladan yang bisa kita jadikan pegangan dalam menjaga harmoni sosial,” lanjut Subandi.
Antusiasme warga terlihat jelas saat menyaksikan kisah Semar, tokoh yang menjadi simbol pengayoman dan harmoni. Semar diharapkan mampu menginspirasi masyarakat dalam menjaga kebersamaan dan keseimbangan sosial.
Dalang Ki Eddy Siswanto, dengan inovasinya, menghadirkan pementasan yang lebih menarik. Ia memanfaatkan proyektor sebagai efek visual, tanpa mengurangi keaslian wayang kulit. Langkah ini membuktikan bahwa budaya tradisional dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Subandi menegaskan bahwa melestarikan budaya berarti menghormati leluhur dan menjaga nilai kebajikan di tengah arus perubahan. Ia berharap kegiatan ini terus dilanjutkan sebagai bagian dari identitas budaya Sidoarjo.
Pagelaran wayang kulit di Hari Jadi Sidoarjo ke-166 menjadi bukti nyata bahwa budaya tradisional dapat tetap hidup dan berkembang di era modern.
Melalui pementasan ini, semangat pelestarian budaya terus berkibar, menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk menjaga warisan leluhur dan membangun masa depan yang lebih baik. (red/akha)