SUARASMR.NEWS – Film “Women from Rote Island” bukan hanya sebuah karya seni yang menyentuh isu ketenagakerjaan dan kesetaraan gender di Indonesia Timur, tetapi juga menjadi jembatan emas bagi promosi pariwisata Indonesia di kancah internasional.
Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, melihat potensi besar film ini untuk menarik minat wisatawan mancanegara. Keindahan alam Pulau Rote, khususnya Batu Termanu yang menjadi salah satu latar film, berhasil ditampilkan secara memukau, membangkitkan imajinasi penonton dan mendorong mereka untuk mengunjungi lokasi syuting secara langsung.
“Film Women from Rote Islan bukan hanya sekadar karya seni, tetapi juga media promosi strategis untuk destinasi pariwisata Indonesia,” kata Menpar Widiyanti di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (28/11/2024).
Menurut Widiyanti, alur cerita yang menarik dan penggambaran realita masyarakat Rote yang autentik memberikan pesan positif, sekaligus memperkuat daya tarik film ini.
Dukungan Kementerian Pariwisata terhadap film ini sangat nyata, kesiapan untuk mempromosikan film tersebut melalui berbagai media sosial dan platform digital.
Pencapaian film ini, bahkan hingga nominasi Academy Awards, merupakan kebanggaan bagi Indonesia dan membuka peluang besar bagi promosi pariwisata nasional.
“Women from Rote Island” bukan hanya film, tetapi juga sebuah jendela dunia yang memperlihatkan keindahan alam Indonesia kepada khalayak global, menginspirasi perjalanan dan eksplorasi destinasi wisata yang menakjubkan.
“Film ini bukan hanya kebanggaan bagi industri film Indonesia, tapi juga pintu bagi dunia untuk mengenal keindahan alam yang kita miliki,” tambah Menteri Pariwisata Widiyanti.
Film yang bergenre drama-thriller itu mengisahkan seorang ibu bernama Mama Orpa (Linda Anoe) yang baru ditinggal mati sang suami sambil menunggu anak sulungnya Martha (Irma Rihi) yang bekerja sebagai TKI kembali ke rumah dari Sabah, Malaysia.
Kepulangan sang anak justru makin membuatnya terluka karena Martha telah mengalami kekerasan fisik dan kekerasan seksual baik dari majikan dan orang-orang di sekitarnya. Pengalaman tersebut menjadi trauma bagi Martha dan berujung depresi.
Dengan menyoroti isu perempuan dan tenaga kerja di Indonesia Timur, film itu juga telah meraih Piala Citra untuk Penulis Skenario Asli Terbaik dan Film Cerita Panjang Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2023.
“Keindahan alam yang ditampilkan tidak hanya menarik secara visual, tapi juga mengundang imajinasi penonton untuk datang dan merasakan langsung pesonanya,” ujar Menpar Widiyanti.
Hal ini menunjukkan bagaimana sebuah karya seni dapat berperan penting dalam meningkatkan perekonomian lokal melalui sektor pariwisata.
Diharapkan keberhasilan film ini menginspirasi lebih banyak karya serupa yang mengangkat keindahan dan kekayaan budaya Indonesia. (red/niluh)