SUARASMR.NEWS – Telaga Sarangan di Magetan, Jawa Timur, lebih dari sekadar danau alami yang indah. Dengan luas sekitar 30 hektare dan kedalaman mencapai 28 meter, telaga yang terletak di lereng Gunung Lawu ini memikat mata dengan pesona alamnya.
Airnya yang tenang memantulkan langit biru, dikelilingi pepohonan hijau yang rindang, menciptakan suasana damai dan menenangkan. Keindahan ini semakin lengkap dengan udara sejuk khas pegunungan, menawarkan pengalaman wisata yang menyegarkan.
Namun, keindahan Telaga Sarangan tak hanya terletak pada panorama alamnya. Telaga ini juga menyimpan legenda menarik tentang sepasang suami istri yang konon berubah menjadi naga.
Kisah ini telah turun-temurun diwariskan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat sekitar. Mitos ini menambah lapisan misteri dan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung, membangkitkan rasa ingin tahu dan mengundang imajinasi.
Dikutip dari laman balaibahasajatim.kemdikbud.go.id, Kisah yang paling dikenal adalah tentang Kyai Pasir dan Nyai Pasir, sepasang suami istri yang tinggal di daerah tersebut. Mereka telah lama menikah tetapi belum dikaruniai anak, sehingga memutuskan untuk bertapa dan berdoa kepada Sang Hyang Widhi.
Setelah bertahun-tahun, doa mereka akhirnya dikabulkan dengan kelahiran seorang anak laki-laki bernama Joko Lelung. Suatu hari, Kyai Pasir dan Nyai Pasir menemukan sebuah telur di ladang dan membawanya pulang. Setelah telur tersebut dimasak dan dimakan, mereka tiba-tiba merasakan panas di seluruh tubuh.
Tubuh mereka perlahan berubah menjadi sisik, dan mereka berguling-guling di tanah akibat rasa gatal yang luar biasa. Gerakan mereka menciptakan cekungan besar di tanah yang kemudian terisi air, membentuk sebuah telaga.
Seiring waktu, tempat tersebut dikenal sebagai Telaga Pasir sebelum akhirnya berubah nama menjadi Telaga Sarangan karena lokasinya di Desa Sarangan. Hingga kini, masyarakat percaya bahwa Kyai Pasir dan Nyai Pasir masih bersemayam di telaga dalam wujud naga.
Selain itu, terdapat mitos bahwa pasangan kekasih yang datang ke Telaga Sarangan akan mengalami perpisahan. Mitos ini membuat sebagian orang percaya bahwa telaga tersebut memiliki energi tertentu yang memengaruhi hubungan asmara.
Kepercayaan ini juga terus berkembang seiring waktu, meskipun tidak semua orang meyakininya. Di tengah telaga, terdapat sebuah pulau kecil yang juga memiliki mitos tersendiri. Konon, pulau tersebut adalah tempat tinggal Kyai Pasir dan Nyai Pasir dalam wujud naga.
Beberapa masyarakat percaya bahwa pada waktu-waktu tertentu, sosok mereka masih bisa terlihat di sekitar telaga. Mitos lain yang berkembang adalah tentang pohon liwung yang tumbuh di lereng Gunung Lawu. Pohon ini diyakini tidak bisa ditebang karena setiap kali ditebang, pohon tersebut akan kembali tumbuh dengan cepat.
Masyarakat sekitar meyakini bahwa pohon liwung memiliki kekuatan gaib yang menjaganya tetap berdiri. Mitos Telaga Sarangan terus menjadi bagian dari daya tarik wisata yang membuat telaga ini semakin unik. Kepercayaan masyarakat terhadap kisah-kisah ini menjadi bukti bahwa legenda turun-temurun masih bertahan hingga saat ini.
Perpaduan antara keindahan alam yang nyata dan kisah legenda yang penuh magis inilah yang membuat Telaga Sarangan begitu unik dan memikat. Mengunjungi Telaga Sarangan berarti bukan hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga menyelami kekayaan budaya dan sejarah yang tersimpan di dalamnya.
Pengalaman ini meninggalkan kesan mendalam, sebuah perpaduan harmonis antara keindahan fisik dan kekayaan cerita yang membangkitkan rasa kagum dan penghargaan terhadap warisan budaya lokal. (red/aidil)