SUARASMR.NEWS – Peringatan Hari Musik Nasional tahun ini diwarnai dengan peluncuran istimewa piringan hitam lagu Indonesia Raya. Bahwa tujuan rilis ini untuk menunjukkan perjalanan lagu kebangsaan Indonesia sejak 1928.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon mengatakan, ini bukan sekadar perilisan album biasa, akan tetapi merilis berbagai versi Indonesia Raya, mulai dari 1928, masa Jepang, hingga aransemen ulang oleh Jos Cleber.
“Melainkan sebuah upaya untuk menelusuri perjalanan sejarah lagu kebangsaan kita sejak tahun 1928,” ujarnya dalam acara perilisan piringan hitam Indonesia Raya di Hari Musik Nasional, Jakarta (9/3/2025).
Piringan hitam ini memuat berbagai versi Indonesia Raya, mulai dari versi asli tahun 1928 yang penuh tantangan untuk dipulihkan karena usianya yang hampir seabad, hingga aransemen ulang oleh Jos Cleber.
Mendengarkan versi-versi ini ibarat melakukan perjalanan waktu, menyaksikan bagaimana lagu kebangsaan kita beradaptasi dan tetap relevan sepanjang masa. Meskipun versi tertua dari Yo Kim Chan Orkes Populair mengalami kerusakan, suara terompet dan bahkan suara asli W.R. Supratman masih dapat dinikmati.
Lebih dari sekadar koleksi bagi pencinta barang antik, ribuan eksemplar piringan hitam ini akan didigitalisasi dan disebarluaskan ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Langkah ini memastikan generasi muda dapat dengan mudah mengakses dan menghargai warisan berharga ini. Inisiatif ini juga menekankan pentingnya pelestarian sejarah dan budaya bangsa melalui media yang relevan dengan zaman.
“Selain itu, peluncuran ini juga menjadi momentum untuk mengingatkan kita akan pentingnya perlindungan hak cipta bagi para pencipta musik Indonesia. Dengan menghargai karya para seniman, kita turut menjaga keberlangsungan kreativitas dan inovasi di industri musik tanah air,” jelasnya.
Diharapkan inisiatif ini menginspirasi semua pihak untuk lebih menghargai karya seni dan warisan budaya bangsa, serta mendorong semangat kreativitas dan inovasi di masa depan.
“Mendengarkan Indonesia Raya dari piringan hitam, kita tak hanya mendengar lagu, tetapi juga sejarah yang hidup,” pungkas Menteri Kebudayaan, Fadli Zon.
Sementara itu, di sisi lain musikus Purwacaraka, menyoroti pentingnya standar yang lebih rapi dalam membawakan lagu kebangsaan.
“Kita sering mendengar Indonesia Raya dimainkan asal-asalan, tanpa panduan yang jelas,” ujar Purwacaraka dalam talkshow Hari Musik Nasional, di Jakarta (9/3/2025).
Proses rekaman ulang dilakukan di Lokananta karena nilai historisnya dalam industri musik Indonesia. Pemilihan lokasi ini juga didasari oleh temuan piringan hitam lama yang masih tersimpan di sana.
Purwacaraka menekankan pentingnya memahami tiga stanza Indonesia Raya secara utuh. “Janji untuk menjaga Indonesia ada di stanza ketiga,” tegasnya, menyoroti banyak orang hanya mengenal stanza pertama.
Proyek ini turut melibatkan orkestra dan paduan suara dengan aransemen yang lebih tertata. Selain itu, rekaman dibuat dalam berbagai format agar bisa digunakan dalam berbagai keperluan resmi.
Purwacaraka berharap piringan hitam ini menjadi referensi resmi agar lagu kebangsaan selalu dinyanyikan dengan rasa hormat. Ia juga mendorong generasi muda untuk lebih memahami makna di balik setiap baitnya. (red/hil)