Menghadapi Bhutakala Menuju Hari Raya Galungan

oleh -536 Dilihat
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Hari Raya Galungan, yang jatuh setiap 210 hari pada Buda Kliwon Dunggulan, merupakan perayaan kemenangan dharma atas adharma bagi umat Hindu. Namun, tiga hari sebelum Galungan, umat Hindu diuji oleh Bhutakala, kekuatan adharma yang menggoda.

Menurut Wayan Winaja, Penyuluh Agama Hindu Kementerian Agama Provinsi Bali, Lontar Sundarigama menjelaskan hal ini sebagai ujian sradha dan bakti. Sang Kala Tiga Wisesa, manifestasi Bhutakala, muncul berturut-turut pada Redite Paing Dungulan (Bhuta Galungan), Soma Pon Dungulan (Bhuta Dungulan), dan Anggara Wage Dungulan (Bhuta Amangkurat).

banner 719x1003

Untuk menghadapi godaan ini, Lontar Sundarigama menyarankan beberapa langkah. Pada Redite, umat Hindu dianjurkan untuk anyekung jnana, menenangkan pikiran agar terhindar dari pengaruh Bhutakala yang membisikkan keraguan dan kesalahpahaman tentang makna Galungan.

“Pada Soma (Senin), yang disebut Penyajen Galungan, umat Hindu disarankan melakukan pegastawaning sang ngamong yoga semadi, melakukan persembahyangan dan yoga semadi untuk memperkuat diri dan memohon perlindungan kepada Ida Bhatara. Hal ini karena pada hari ini, Bhuta Dungulan menguji ucapan dan niat manusia.

Jadi sebisa mungkin wacika harus diparisudha artinya kita diharapkan berkata-kata yang baik, tidak memancing amarah orang lain yang bisa memberikan ucapan manusia dalam memahami galungan.

“Sedangkan godaan terakhir datang dari Bhuta Amangkurat yaitu tepatnya pada hari selasa dungulan atau penampahan Galungan muncul Bhuta Amangkurat yang bersifat menguasai, menganggu manusia dalam memahami galungan,”ucap Winaja dikutip suarasmr.news, Kamis (20/3/2025).

Pertama godaan terhadap pikiran, yang kedua godaan terhadap ucapan. Manusia itu digoda untuk memahami dan memaknai perayaan suci galungan.

banner 484x341

“Sedangkan makna sesungguhnya dari hari penampahan Galungan adalah membunuh sifat-sifat kebinatangan yang ada pada diri, bukan semata-mata membunuh hewan kurban karena sebenarnya musuh utama ada dalam diri kita bukan di luar dan termasuk sifat hewan tersebut harus kita kendalikan,” jelasnya.

Baca Juga :  Buka Puasa Eksklusif di Swiss-Belhotel Solo dengan Pemandangan Masjid Raya Sheikh Zayed

Sesuai dengan lontar Sundarigama tersebut pada saat itu kita mabya kala, artinya membayar hutang kepada ruang dan waktu.

“Maka dari itu marilah kita belajar berintrospeksi diri dan belajar untuk bisa nyomya bhutakala tersebut sehingga perilaku-perilaku kita pada saat menjelang perayaan hari suci bisa kita kendalikan demi tercapainya tujuan perayaan hari suci tersebut,” pungkas  Winaja.

Dengan memahami dan menjalankan anjuran dalam Lontar Sundarigama, umat Hindu dapat mempersiapkan diri menghadapi ujian Bhutakala dan menyambut Hari Raya Galungan dengan hati yang bersih dan penuh kesucian, merayakan kemenangan dharma dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

Persiapan spiritual ini mengajarkan pentingnya pengendalian diri dan keteguhan iman dalam menghadapi godaan, mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang makna spiritual Hari Raya Galungan. (red/ niluh)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *