SUARASMR.NEWS – Tahun 2024 mencatat angka kunjungan wisatawan ke Bali yang mengesankan, mencapai 6.333.360 kunjungan. Kenaikan 20,1% dibandingkan tahun sebelumnya menunjukkan daya tarik Bali sebagai destinasi wisata internasional tetap kuat.
Namun, angka fantastis ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi Bali yang hanya mencapai 5,48%, melambat dibandingkan tahun 2023 (5,71%). Mengapa demikian?
“Salah satu faktor yang mempengaruhi lambatnya pertumbuhan ekonomi adalah basis perbandingan yang tinggi pada tahun sebelumnya. Sehingga meskipun ada peningkatan, pertumbuhannya tampak lebih kecil,” ujar Pengamat Ekonomi Ida Bagus Raka Suardana dikutip dari suarasmr.news, Minggu (9/2/2025).
Salah satu faktor kunci adalah basis perbandingan yang tinggi pada tahun sebelumnya. Meskipun jumlah wisatawan meningkat, pertumbuhan ekonomi tampak lebih kecil karena angka pertumbuhan diukur dari basis yang sudah tinggi.
“Seperti ekonomi kreatif, pertanian berkelanjutan, dan teknologi informasi. Selain itu, peningkatan kualitas infrastruktur dan layanan pariwisata harus terus dilakukan untuk mempertahankan daya saing Bali sebagai destinasi utama,” imbuh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar itu.
Selain itu, sektor akomodasi dan makan-minum, yang seharusnya menjadi penopang utama ekonomi pariwisata, tidak menunjukkan pertumbuhan signifikan. Hal ini menunjukkan adanya tantangan dalam memaksimalkan dampak ekonomi dari sektor pariwisata.
Menurut Raka Provinsi Bali perlu strategi yang lebih efektif untuk mengubah kunjungan wisatawan menjadi peningkatan pendapatan yang lebih besar.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Bali pada tahun 2025 di angka 5,5% hingga 6% menawarkan harapan. Diversifikasi ekonomi menjadi kunci. Pengembangan sektor-sektor potensial seperti ekonomi digital, energi terbarukan, dan properti komersial, di samping sektor pariwisata yang sudah ada, akan menciptakan roda penggerak ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Sektor ekonomi kreatif, pertanian berkelanjutan, dan teknologi informasi juga perlu dikembangkan. Peningkatan kualitas infrastruktur dan layanan pariwisata juga krusial untuk mempertahankan daya saing Bali.
Raka menyebut pemerintah juga perlu memastikan belanja publik yang efisien dan tepat sasaran. Ia mendorong pemerintah untuk meningkatkan kerja sama dengan sektor swasta maupun komunitas lokal untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Di sisi lain, Raka membeberkan beberapa sektor yang mengalami perlambatan sepanjang 2024. Misalkan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib yang mengalami kontraksi sebesar 14,99% pada triwulan pertama 2024 dibandingkan triwulan sebelumnya.
Selain itu, Raka juga menjelaskan bahwa pengeluaran konsumsi pemerintah juga menurun tajam sebesar 45,59% pada periode yang sama.
“Penurunan ini mungkin disebabkan oleh penundaan atau efisiensi dalam belanja pemerintah pascapemilu yang berdampak pada sirkulasi uang dan aktivitas ekonomi di daerah,” dia menambahkan.
Sebelumnya, BPS Provinsi Bali menyebut perlambatan ekonomi Bali itu dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan dari sektor usaha penyediaan akomodasi dan makan-minum yang tumbuh 2,13% atau melambat dibanding 2023 yang mencapai 2,62%.
Sektor usaha perdagangan besar dan eceran serta reparasi kendaraan juga melambat dari 0,53% menjadi 0,39%. Sementara itu, sektor usaha yang mengalami percepatan pertumbuhan adalah sektor jasa keuangan dan asuransi dan lapangan usaha lainnya.
Kesimpulannya menurut Raka, peningkatan jumlah wisatawan ke Bali bukanlah jaminan pertumbuhan ekonomi yang sebanding. Pemerintah dan pelaku usaha perlu bekerja sama untuk menciptakan strategi yang lebih terintegrasi, memanfaatkan potensi sektor-sektor lain.
Selain itu perlunya meningkatkan kualitas layanan pariwisata agar dampak ekonomi dari kunjungan wisatawan dapat dirasakan secara lebih merata dan signifikan.
Hanya dengan demikian, paradoks pariwisata Bali dapat diatasi dan kesejahteraan masyarakat Bali dapat meningkat secara berkelanjutan. Harapannya, tahun-tahun mendatang akan menunjukkan korelasi yang lebih positif antara jumlah wisatawan dan pertumbuhan ekonomi Bali. (red/niluh)