SUARASMR.NEWS – Polusi udara akibat asap dari industri kecil menengah (IKM) tahu di Kecamatan Krian, Sidoarjo, Jawa Timur menjadi perhatian serius.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), asap pembakaran plastik dan kayu yang mencemari lingkungan sekitar memicu keluhan warga dan peningkatan kasus pneumonia.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sidoarjo, Dr. Fenny Apridawati, mengungkapkan bahwa pihaknya kerap menerima aduan masyarakat terkait asap dari pabrik tahu.
“Kami terima laporan sejak lama, terutama dari wilayah perumahan baru yang terdampak langsung,” ujar Fenny kepada RRI, Minggu (20/4/2025).
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, bersama SDGs Center Universitas Airlangga (UNAIR) dan Real Estate Indonesia (REI), mengawali kolaborasi inovatif untuk mengatasi masalah ini.
Langkah ini merupakan wujud nyata penerapan teori kampus untuk memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. “Teori kampus harus mengalir ke kanal yang tepat agar membawa manfaat untuk masyarakat,” tegas Fenny Apridawati.
Sementara itu, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR, Dr. R. Azizah, menyebut hasil riset menunjukkan konsentrasi PM2.5 dari industri tahu telah melampaui ambang batas baku mutu.
“Pabrik tahu tetap bisa beroperasi, tapi perlu pendampingan khusus agar emisi gas terkontrol,” kata Azizah.
Azizah menyarankan pendekatan hexahelix, melibatkan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi, pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, untuk solusi yang komprehensif.
Menurut Dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) UNAIR, Rodik Wahyu Indrawan, salah satu solusi teknis yang diusulkan adalah penggunaan cerobong asap standar setinggi 9-10 meter, dilengkapi dengan sistem filtrasi udara.
“Cerobong tanpa filter hanya memindahkan polusi, bukan menghilangkannya,” jelas Dosen FTMM UNAIR, Rodik Wahyu Indrawan.
Kolaborasi ini menawarkan harapan baru bagi warga Krian. Dengan pendekatan ilmiah dan kolaboratif, upaya untuk menciptakan udara bersih dan lingkungan yang sehat di Krian dapat terwujud.
Inisiatif ini menjadi contoh nyata sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat agar dapat menghasilkan solusi nyata untuk permasalahan lingkungan. (red/akha)