Pengamat: Rupiah Sulit Menguat Lagi Dibanding Mata Uang Asia Lainnya

oleh -522 Dilihat
banner 468x60

SUARASMR.NEWS – Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menyatakan bahwa nilai tukar rupiah sulit menguat kembali dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya.

Hal ini disebabkan oleh penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) yang dilakukan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Januari 2025.

banner 719x1003

“Rupiah sulit menguat lebih tinggi lagi dibanding mata uang Asia lainnya karena penurunan bunga acuan BI kemarin,” kata Rully Nova di Jakarta, Jumat (17/1/2025).

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Januari 2025 pada Selasa (14/1/2025) dan Rabu (15/1/2025) BI memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,75 persen.

Penurunan ini juga berdampak pada suku bunga deposit facility dan lending facility yang masing-masing turun menjadi 5 persen dan 6,5 persen.

“Risiko ketidakpastian global masih belum mereda baik di pasar keuangan maupun geopolitik, sehingga pelaku pasar butuh suku bunga yang lebih tinggi yang lebih lama,” ungkap Rully.

Rully menjelaskan bahwa meskipun risiko ketidakpastian global masih tinggi, baik di pasar keuangan maupun geopolitik, pelaku pasar masih membutuhkan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

banner 484x341

Di sisi lain, indeks dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan menjadi 108,6 dan yield obligasi AS turun menjadi 4,61 persen. Federal Reserve (The Fed) juga memberikan pernyataan dovish yang berdampak pada kurs rupiah.

“The Fed tidak menghilangkan peluang penurunan suku bunga di paruh pertama tahun ini, bahkan di meeting Maret jika inflasi terus membaik,” sambung Rully.

Meskipun demikian, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini melemah 4 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.380 per dolar AS.

Baca Juga :  Rupiah Menguat di Awal Perdagangan Selasa 8 Oktober 2024, Menanti Indeks Kepercayaan Konsumen

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia justru menguat ke level Rp16.373 per dolar AS.

Kesimpulannya, bahwa penurunan suku bunga BI-Rate dan pernyataan dovish The Fed memberikan dampak yang berbeda pada nilai tukar rupiah.

Di satu sisi, penurunan suku bunga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, namun di sisi lain, hal ini juga dapat melemahkan nilai tukar rupiah.

Ketidakpastian global yang masih tinggi juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam menilai pergerakan nilai tukar rupiah di masa depan. (red/ria)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *