SUARASMR.NEWS – Banyak orang tua berharap anak-anak mereka meraih prestasi akademik gemilang. Namun, keinginan ini terkadang diwujudkan dengan tekanan yang justru merugikan perkembangan anak. Alih-alih memotivasi, tekanan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan.
Konselor dan Psikolog Pendidikan Sekolah Cikal Serpong, Aina Putri Khairani, S.Psi, M.Psi, Psikolog, mengidentifikasi empat dampak utama dari tekanan ini. Simak lebih jelasnya berikut ini.
Pertama, Mengalami Masalah Kesehatan Mental: Dampak pertama yang dapat ditimbulkan dari pemaksaan dan tuntutan mencapai nilai bagus adalah gangguan mental. Aina mengungkapkan bahwa saat merasa tertekan, anak akan mengalami stres dan kecemasan.
“Memaksa anak mendapatkan nilai yang bagus akan menimbulkan stress dan kecemasan dari tingkat yang ringan sampai pada tingkat yang parah. Hal ini dapat dimanifestasikan melalui perilakunya seperti berkeringat, restless, atau sakit perut. Pada kondisi yang ekstrim, anak bisa sampai menunjukkan gejala fisik seperti sakit atau muntah,” kata Aina.
Kedua, Menolak Pergi ke Sekolah: Tekanan untuk mendapat nilai bagus membuat sekolah dan belajar menjadi sesuatu yang menyeramkan untuk anak. Akhirnya, anak tidak mau pergi ke sekolah.
“Karena tertekan, anak menjadi tidak siap menghadapi situasi belajar yang mungkin menegangkan dan menolak masuk kelas atau masuk sekolah,” kata Aina.
Ketiga, Tidak Dapat Membuat Keputusan Sendiri: Anak yang terbiasa diarahkan dan tidak mendapat kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri akan tumbuh menjadi dewasa yang kurang percaya diri dalam mengambil keputusan dan sering mencari pengakuan dari orang lain.
“Jika anak tidak diberikan kesempatan untuk menentukan targetnya sendiri dan terbiasa diarahkan dan ditentukan targetnya oleh orang tua, di masa depan ketika anak sudah dewasa dan tidak bersama orang tua, kemungkinan anak dapat menjadi orang dewasa yang tidak yakin dengan pilihannya dan selalu haus akan validasi, selalu perlu diyakinkan oleh orang lain dan tidak bisa mengukur kemampuannya sendiri,” ungkap Aina.
Keempat, Merusak Hubungan Orang Tua dan Anak: Orang tua yang menekan anak untuk terus sempurna akan kecewa atau marah saat anak tidak mampu memenuhi ekspektasi mereka. Hal ini membuat anak takut dan tidak nyaman untuk berbagi masalah atau menceritakan kegagalan mereka.
“Jika tekanan yang diberikan tidak sesuai dengan ekspektasi prestasi yang dimiliki oleh si anak. Hal ini dapat menyebabkan anak menjadi tidak terbuka dengan orang tua, karena merasa takut dan tidak nyaman untuk menyampaikan kondisinya yang mungkin kesulitan untuk memenuhi ekspektasi orang tuanya. Komunikasi yang terjalin juga menjadi kurang hangat,” kata Aina mengakhiri.
Memahami proses belajar anak dan menghargai usaha mereka, bukan hanya hasil akhirnya, jauh lebih penting. Dukungan orang tua yang penuh kasih sayang dan pengertian akan menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif, memungkinkan anak untuk berkembang secara optimal, baik secara akademik maupun emosional.
Ingatlah, kebahagiaan dan kesejahteraan anak jauh lebih berharga daripada sekadar nilai rapor yang tinggi. Menemukan keseimbangan antara harapan dan dukungan adalah kunci untuk membimbing anak menuju kesuksesan yang sesungguhnya. (red/ria).