Peresmian SGAR di Mempawah Tonggak Baru Industri Aluminium Indonesia

oleh -280 Dilihat
banner 468x60

SUARA MEDIA RAJAWALI – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menorehkan sejarah baru dalam industri aluminium Indonesia dengan meresmikan injeksi bauksit perdana di Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, pada Selasa (24/9/2024).

Peresmian ini menandai langkah penting dalam mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor aluminium, yang selama ini mencapai 56 persen dari total kebutuhan dalam negeri sebesar 1,2 juta ton per tahun.

banner 719x1003

Dengan beroperasinya SGAR, Indonesia diharapkan dapat memproduksi alumina sendiri, bahan baku utama dalam pembuatan aluminium. Hal ini akan mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing industri aluminium nasional.

Lebih jauh lagi, Jokowi berharap, dengan beroperasinya SGAR, impor aluminium dapat dihentikan sepenuhnya, sehingga Indonesia dapat menjadi produsen aluminium yang mandiri dan berdaya saing tinggi di tingkat global.

Peresmian SGAR merupakan bukti nyata komitmen pemerintah dalam mendorong hilirisasi industri dan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam.

Dengan memanfaatkan potensi bauksit yang melimpah di Indonesia, SGAR diharapkan dapat menjadi pusat produksi alumina yang terintegrasi dan berkelanjutan, membuka lapangan kerja baru, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat.

“Kita tahu, kebutuhan aluminium di dalam negeri mencapai 1,2 juta ton, dan 56 persen dari itu kita masih penuhi melalui impor. Padahal, kita punya bahan baku sendiri. Dengan adanya SGAR ini, kita bisa produksi sendiri dan tidak perlu impor lagi,” ujar Jokowi  dalam keterangan resminya pada Rabu (25/9).

banner 484x341

Jokowi juga menekankan bahwa, berhentinya impor aluminium akan mengurangi hilangnya devisa negara, yang selama ini digunakan untuk membeli aluminium dari luar negeri. Jumlah devisa yang terselamatkan diperkirakan mencapai 3,5 miliar dollar Amerika Serikat (AS) per tahun.

Baca Juga :  Hilirisasi Nikel, Lonjakan Pendapatan Negara dan Dampak Positifnya

“Setiap tahun, kita kehilangan devisa sekitar 3,5 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 50 triliun hanya karena impor aluminium. Dengan produksi dalam negeri, kita bisa mengurangi ketergantungan tersebut dan menyelamatkan devisa negara,” kata Jokowi.

Proyek SGAR yang dijalankan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) merupakan bentuk sinergi antara dua BUMN besar, yakni PT Inalum (Persero) dan PT ANTAM Tbk, untuk mendukung hilirisasi sektor mineral.

Berdirinya Smelter ini akan mengolah bijih bauksit menjadi alumina, yang kemudian dipasok ke Pabrik Peleburan Aluminium PT Inalum di Sumatera Utara.

“Saya sangat senang melihat ekosistem aluminium ini, dari hulu hingga hilir, kini telah terintegrasi dengan baik. Ini menjadi fase pertama yang sudah selesai,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir turut menggarisbawahi pentingnya hilirisasi sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan impor.

Menurut Erick, hilirisasi bukan lagi sebuah pilihan, melainkan kewajiban untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kita harus menekan impor agar uang kita tidak terus keluar ke luar negeri. Dampaknya akan sangat besar bagi perekonomian, baik di tingkat daerah maupun nasional. Hilirisasi mineral ini adalah kewajiban untuk memajukan ekonomi bangsa,” tegas Erick.

Proyek SGAR yang dioperasikan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) memiliki nilai investasi sebesar 831,5 juta dollar AS. Saat ini, PT Inalum memiliki 60 persen saham BAI, sementara PT ANTAM Tbk memegang 40 persen.

Hingga Maret 2024, kemajuan pembangunan fisik SGAR mencapai 85,69 persen, dengan detail engineering design (DED) telah rampung 98,74 persen, pengadaan barang 96,78 persen,.

Baca Juga :  Menjelajahi Jalan Menuju Ibu Kota Nusantara, Optimisme di Tengah Tantangan

Dan konstruksi mencapai 64,54 persen, dari target 90,19 persen. Commissioning dijadwalkan dimulai pada Juni 2024, dengan target produksi alumina pertama pada kuartal III-2024.

Kapasitas produksi smelter ini direncanakan mencapai 1 juta ton alumina per tahun, dan target produksi penuh diharapkan tercapai pada kuartal II/2025.

Dengan beroperasinya SGAR, Indonesia diharapkan dapat memperkuat industri aluminium dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada impor, dan menghemat devisa negara secara signifikan.

Langkah ini juga menunjukkan bahwa Indonesia semakin serius dalam membangun industri manufaktur yang kuat dan berdaya saing. Dengan mengurangi ketergantungan impor dan meningkatkan produksi dalam negeri,

Indonesia dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan negara, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara industri yang maju.

Peresmian SGAR menjadi bukti nyata bahwa Indonesia terus bergerak maju dalam membangun industri yang berkelanjutan dan berdaya saing.

Dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang melimpah, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam industri aluminium global, membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. (red/akha)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *